Anak Agro
Rabu, 31 Mei 2017
Sabtu, 01 April 2017
Sabtu, 17 Desember 2016
Hama-Hama Pada Tanaman Terung (Solanum melongena L.)
HAMA-HAMA
PADA TANAMAN TERONG (Solanum
melongena
L.)
PAPER
OLEH
:
ARDINA/130301074
MAHYAR
DIAN SARI SARAGIH/ 130301090
AGROEKOTEKNOLOGI
– HPT
MATA
KULIAH HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN HORTIKULTURA
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan
kepada Tuhan yang Maha Esa berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Paper
ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari Paper ini
adalah “Hama-hama pada tanaman terong” yang merupakan salah satu sayarat
untuk dapat memenuhi komponen penilaian pada mata kuliah Hama dan Penyakit
Tanaman Hortikultura di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada Prof. Dr. Dra. Maryani
Cyccu Tobing, MS selaku dosen mata kuliah Pengendalian Hayati yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis menerima
kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya Paper yang lebih baik kedepannya.
Akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih dan semoga Paper
ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan,
Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................... 1
Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
Kegunaan
Penulisan................................................................................... 2
HAMA-HAMA PADA TANAMAN TERONG
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Terong (Solanum melongena L.),
disebut juga aubergine atau brinjal, merupakan salah satu dari
sepuluh tanaman sayuran penting di dunia. Luas areal tanaman terong lebih dari
2 juta ha dengan produksi 33 juta ton. Negara China merupakan negara penghasil
terong terbesar di dunia dan menyediakan kira-kira setengah kebutuhan terong
dunia, kemudian diikuti oleh India sebagai penghasil seperempat terong dunia;
India, Mesir, Turki, Irak dan Philipina juga termasuk negara penghasil terong.
Benua Asia tercatat sebagai daerah terluas (94%) dari luasan areal terong
didunia, dan kira-kira 92% penghasil terong di dunia (FAO 2007).
India dan Indochina merupakan daerah pusat
asal usul terong. Terong mudah beradaptasi pada keadaan curah hujan dan temperatur
tinggi serta merupakan salah satu tanaman yang dapat berproduksi tinggi pada
lingkungan basah dan panas (Hanson et al. 2006). Tanaman terong
mengandung nutrisi seperti serat, asam askorbit, Vitamin K, Vitamin B6, asam
pantotenik, potasium, besi, mangan, posfor dan tembaga (Usda 2009). Nutrisi
yang terdapat pada terong mempunyai kontribusi sebagai makanan tambahan
terutama pada saat ketersediaan sayuran lain terbatas.
Kendala utama dalam meningkatkan
produksi tanaman terong di daerah tropis adalah serangan hama dan tungau. Hama
utama terong diantaranya adalah penggerek pucuk dan buah terong, wereng daun,
kutu putih (whitefly), thrips, aphid, kumbang lembing, penggulung daun,
penggerek batang, kumbang melepuh, tungau merah dan penyakit daun. Untuk
melindungi tanaman terong para petani masih bertumpu pada penggunaan pestisida,
misalnya di Philipina petani terong menggunakan pestisida selama satu musim
dapat mencapai 56 kali penyemprotan dengan jumlah pestisida lebih kurang 41
liter pestisida dari berbagai merek dagang yang dikelompokkan kedalam empat
kelompok pestisida (Gapud dan Canapi 1994; Orden et al. 1994).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah
untuk mengetahui hama-hama pada tanaman terung (Solanum melongena L.)
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan adalah sebagai
salah satu syarat untuk memnuhi komponen penilaian di mata kuliah hama dan
penyakit hortikultura dan pangan.
HAMA PADA TANAMAN
TERUNG (Solanum melongena L.)
1.
Serangga Penggerek Pucuk dan Buah Terong (PPBT) Leucinodes orbonalis Guenee
(Lepidoptera: Pyralidae)
Serangga penggerek pucuk dan
penggerek buah pada tanaman terong merupakan salah satu hama penting yang
merusak tanaman terong di Asia Tenggara. Hama ini ditemukan juga di daerah tropik
seperti di Asia dan Afrika serta dapat menurunkan hasil panen hingga mencapai
70%. Oleh karena itu petani di daerah tropis banyak menggunakan insektisida
untuk mengendalikan PPBT. Petani menggunakan insektisida secara berlebihan agar
buah terong yang dipasarkan bebas dari kerusakan hama. Penggunaan insektisida
telah dilakukan secara intensif sehingga hama ini telah menjadi resisten
Biologi
Telur: Serangga betina meletakkan telur
secara tunggal atau berkelompok dibawah permukaan daun, pucuk, kelopak bunga,
atau dekat pangkal buah. Setiap serangga betina dapat meletakkan telur
kira-kira 250 butir. Telur yang baru diletakkan berwarna agak putih susu,
kemudian berubah menjadi merah sebelum menetas. Lamanya stadia telur berkisar
antara 3-5 hari.
Gambar 1. Larva Leucinodes orbonalis
Larva: Larva yang baru menetas berwarna
putih susu sampai agak kemerahan. Setelah beberapa lama kemudian larva berubah
warna menjadi kemerahan dengan kepala berwarna coklat muda dan agak kehitaman
(Gambar 2). Larva instar terakhir panjangnya kira-kira 16-23 mm. Larva biasanya
mempunyai lima instar dan kadang-kadang enam instar. Lamanya stadia larva
biasanya berlangsung selama dua minggu pada musim panas dan tiga minggu pada
musim dingin.
Pupa: Larva instar terakhir akan
membentuk pupa pada bagian tanaman atau pada pangkal batang dekat dari
permukaan tanah. Pupa akan membentuk benang sutera (Gambar 3), dan berwarna
coklat gelap. Pupa berukuran 13 mm. Lamanya stadia pupa berlangsung antara satu
sampai dua minggu.
Gambar 2: Pupa Leucinodes
orbonalis
Dewasa: Ngengat berwarna putih atau
putih buram dengan warna kecoklatan atau bintik hitam pada pagian dorsal dari thorak
dan abdomen (Gambar 4). Sayap berwarna putih dengan sedikit warna merah muda
atau biru dan pada sayap luar terdapat bintik berwarna merah. Ukuran abdomen
serangga betina agak lebih besar dari serangga jantan. Serangga betina cendrung
membengkokkan abdomennya keatas. Lama hidup serangga dewasa kira-kira satu minggu
dan biasanya serangga betina agak lebih panjang umurnya dibandingkan dengan seranggga
jantan.
Gambar 3: Ngengat dewasa Leucinodes
orbonalis
Gejala
Serangan
PPBT kebanyakan adalah
serangga monofagus, tetapi kadangkadang hama ini juga memakan tomat, kentang Solanum
indicum L., S. xanthocarpum Schrad. & Wendl., S. torvum
Swartz., and S. nigrum L. (David 2001; Alam et al. 2003). Setelah
menetas, larva segera mulai menggerek titik tumbuh atau masuk melalui kuncup
bunga atau buah. Selama awal fase vegetatif dari tanaman, serangga ini memakan
pucuk (tunas) yang masih muda. Larva setelah masuk ke pucuk dengan cara menggerek
buah dan segera menutup lubang masuk dengan kotoran serta membuat terowongan di
dalam pucuk atau buah kemudian memakan bagian dalam buah atau pucuk. Serangga ini
juga mengisi bekas terowongan yang digerek dengan kotorannya. Akibatnya tanaman
pucuk muda akan menjadi layu kemudian mongering. Pertumbuhan tanamam akan
menjadi lambat. Tanaman akan menghasilkan pucuk-pucuk muda untuk memperlambat
proses kematian tanaman.
Pada awal fase reproduksi
larva kadang-kadang memakan kuncup atau bunga. Walaupun demikian serangga ini
lebih menyukai buah untuk dimakan dibandingkan dengan kuncup bungan atau bunga
pada saat tanaman berbuah. Kerusakan pada buah dari permukaan luar akan terlihat
pada bekas lobang gerakan, yang sering ditutupi oleh bekas kotorannya. Larva
memakan bagian buah tanaman dan membentuk terowongan-terongan yang berisi
kotorannya. Akhirnya buah yang terserang tidak layak untuk dikonsumsi dan
dijual di pasar.
Pengelolaan
Pengendalian yang bertumpu
pada satu metode tidak bisa mengendalikan hama penggerek ini. Teknologi pengendalian
hama seraca terpadu lebih sesuai untuk mengendalikan hama ini diantaranya
adalah:
Hindari menanam satu jenis tanaman terong saja dan lakukan
pergiliran tananam. Walaupun secara prakteknya hama PPBT monofagus, pergiliran
tanaman terong dapat mengurangi secara nyata populasi hama PPBT.
§ Hindari menanam bibit tanaman terong berdekatan dengan lahan
tanaman terong yang sudah ditanam dilapangan atau dekat tumpukan tanaman yang
sudah mengering. Jika benih tanaman terong dibibitkan di areal yang sama maka
tempat guludan pembibitan terong ditutup dengan sungkup nilon berukuran 30 mesh
untuk mencegah masuknya ngengat PPBT.
§ Pilihlah
varietas tanaman terong yang tahan atau agak tahan yang tersedia di
masing-masing daerah, ,misalnya asesi atau varietas EG 058, Pusa Purple Long,
Pusa Purple Cluster, Pusa Purple Round, H-128, H-129, Aushey, Thorn Pendy,
Black Pendy, H-165, H-407, Dorley, PPC- 17-4, PVR-195, Shyamla Dhepa, Banaras
Long Purple, Arka Kesav, Arka Kusmakar, Punjab Barsat, Punjab, Chamkila,
Kalyanpur-2 dan Gote- 2 telah dilaporkan tahan dan toleran (Parker et al.
1995; Alam et al. 2003; Shivalingaswamy and Satpathy 2007). Semua
varietas tersebut berasal dari India kecuali EG058, merupakan asesi AVRDC.
Gambar
4: Pucuk terong menjadi kering, akibat dirusak oleh
Leucinodes orbonalis
§
Memelihara parasitoid Trathala
flavoorbitalis (Cameron), Eriborus sinicu Holmgren, dan Pristomerus
testaceus Morley. Kurangi penggunaan pestisida sintetik sehingga aktifitas
musuh alami dapat meningkat. Tambahan lagi, lepaskan parasitoid telur Trichogramma
chilonis Ishii @ 1g telur yang telah terparasit/ha/minggu dan parasitoid larva
Bracon habetor Say sebanyak 800-1000 dewasa/ha/minggu (Alam et al.
2006a)
§
Pasang perangkap sex
feromon, rata-rata 100 perangkap per ha. Letakkan perangkap sejajar kanopi
tanaman atau sedikit diatas kanopi tanaman agar efektif memerangkap PPBT.
Gambar 5: Kerusakan buah terong akibat dimakan Leucinodes
orbonalis
Gambar
6: Terowongan makan pada terong yang rusak berisi kotoran
Leucinodes orbonalis
2.
Hama Wereng daun Amrasca devastans distant (Hemiptera:
Cicadellidae)
Biologi
Telur: Serangga dewasa meletakkan
telur disepanjang vena lateral dari daun. Lamanya periode telur berlangsung
antara 4 sampai 11 hari.
Nimfa: Nymfa menyerupai
serangga dewasa, tetapi tidak mempunyai sayap namun mempunyai sedikit bantalan
tempat perpanjangan sayap. Nimfa berwarna hijau pucat. Jika diganggu dia
bergerak kesamping. Priode nimfa berlangsung antara satu sampai empat minggu
tergantung pada temperatur.
Dewasa: Serangga dewasa
berwarna hijau pucat Sayap berkembang
secara sempurna dengan bintik hitam menonjol disetiap bagian sayap luar. Lamanya
serangga dewasa hidup antara satu sampai dua bulan.
Gejala
serangan
Baik serangga dewasa maupun
nimfa keduanya mempunyai tipe mulut menusuk dan mengisap. Serangga mengisap
cairan tanaman dari bagian bawah permukaan daun. Pada saat mengisap cairan
tanaman, serangga ini mengeluarkan kelenjar ludah yang bersifat racun dan masuk
ke bagian jaringan tanaman sehingga meyebabkan jaringan tanaman menguning. Jika
beberapa serangga mengisap cairan dari daun yang sama akan menyebabkan bintik-bintik
kuning pada daun, kemudian diikuti daun mengerut, mengeriting, memerah dan
kering atau gejala terbakar. Wereng daun juga merusak kacang-kacangan, kapas
dan kentang.
Pengelolaan
Pilihlah kultivar tanaman yang tahan dan mempunyai rambut yang
panjang pada daun. Rambut-rambut yang panjang dan rapat akan menolak wereng
daun untuk datang. Kultivar terong dari India seperti Manjari Gota, Vaishali,
Mukta Kesi, Round Green, and Kalyanipur T3 dan varietas dari Banglades seperti
Bagun 6 dilaporkan relatif toleran atau agak tahan terhadap hama wereng ini
(Parker et al. 1995; Rashid et al. 2003). Diskusikan
dengan penyuluh pertanian setempat tentang ketersediaan varietas tahan atau
toleran.
Memantau serangga dengan perangkap perekat kuning (570-580 nm)
yang diletakkan secara acak di lapangan.
Tanamlah tanaman perangkap berupa kacang okra yang ditanam di
bagian pinggir tanaman terong, kemudian gunakan insektisida untuk mengendalikan
hama wereng yang berada pada tanaman perangkap.
Jangan menggunakan pestisida yang berspektrum luas untuk mencegah
terbunuhnya musuh alami. Kumbang predator seperti kumbang berbintik dan dan
serangga bersayap jala (green lacewings) merupakan predator yang sangat
efektif untuk mengendalikan nimfa dan serangga dewasa wereng. Parasitoid
seperti Anagrus flaveolus Waterhouse and Stethynium
triclavatum Enock juga efektif untuk mengendalikan hama wereng (Subba Rao
1968; Parker et al. 1995).
Gunakan biopestida yang berasal dari nimba sesuai dengan dosis
yang telah direkomendasikan. Semprot dengan nimba misalnya kernel extract
(NSKE) 5%.
Gunakan pestisida sistemik sesuai anjuran penyuluh setempat.
Jangan gunakan kelompok senyawa pestisida yang sama secara terus menerus untuk mencegah
timbulnya resistensi terhadap pestisida.
Gambar 11: Gejala daun terbakar yang disebabkan Amrasca
devastans
Kutu
kebul Bemisia tabaci Gennadius (Hemiptera:
Aleyrodidae)
Kutu kebul (kutu putih)
terdistribusi luas didaerah tropik dan subtropik serta di daerah temperate
ditemukan di rumah kasa. B. tabaci bersifat polifagus dan memakan
tanaman sayuran diantaranya tomat, terong, tanaman di lapangan dan gulma. Kondisi
kering dan panas sangat sesuai bagi perkembangan kutu putih, sedangkan hujan
lebat akan menurunkan perkembangan populasi kutu putih dengan cepat. Hama ini
aktif pada siang hari dan pada malam hari berada dibawah permukaan daun.
Biologi
Telur: Serangga Betina umumnya meletakkan telur di bawah permukaan
daun di dekat venasi daun. Hama ini lebih menyukai permukaan daun yang banyak
berbulu untuk meletakkan telurnya lebih banyak. Seekor betina selama hidupnya
dapat meletakkan telur kira-kira 300 butir. Telur berukuran kecil kira-kira
0.25 mm, bebentuk seperti buah pir, dan diletakkan dibawah permukaan daun
secara vertical melalui pedicel. Telur yang baru diletakkan berwarna putih dan
kemudian berubah menjadi kecoklatan. Telur tidak mudah dilihat dengan mata
telanjang dan hanya dapat dilihat dibawah mikroskop atau kaca pembesar. Fase
telur berlangsung kirakira tiga sampai lima hari pada musim panas dan 5 sampai
33 hari pada musim dingin (David 2001).
Nimfa: Setelah menetas larva
instar pertama (nimfa) pindah dari permukaan daun ke lokasi yang sesuai untuk
dia makan. Nimfa stadia ini disebut juga dengan “crawler.” Nimfa tersebut
segera menusukkan mulutnya dan mengisap cairan tanaman melalui phloem. Nimfa
instar pertama sudah mempunyai antene, mata dan tiga pasang kaki yang sudah
berkembang dengan baik. Nimfa berbentuk oval, pipih dan berwarna hijau
kekuning-kungan.
Gambar 13: Mata merah pada nimfa Bemisia tabaci
Gambar14: Dewasa Bemisia tabaci
Nimfa instar kedua dan
ketiga tidak mempunyai kaki dan tidak bergerak selama stadia ini. Stadia nimfa
terakhir mempunyai mata yang berwarna merah. Stadia ini kadangkadang mirip
dengan puparium walaupun pada serangga Hemiptera merah tidak mempunyai stadia
pupa yang nyata (metamorphosis tidak sempurna). Lamanya periode nimfa berkisar
antara 9 sampai 14 hari pada musim panas dan 17 sampai 73 hari (David 2001).
Serangga dewasa keluar dari puparia melalui celah berbentuk huruf T, dan berada
disamping bekas kerabang kulit pupa atau eksuvi.
Dewasa: Serangga dewasa
mempunyai tubuh yang lunak, berbentuk seperti ngengat. Serangga dewasa diselimuti
oleh lapisan lilin yang bertepung dan tubuhnya berwarna kuning terang. Sayapnya
terletak diatas tubuh menyerupai tenda. Serangga jantan sedikit lebih kecil dibandingkan
serangga betina. Serangga dewasa dapat hidup selama satu sampai tiga minggu.
Gejala
serangan
Baik nimfa maupun serangga dewasa mengisap cairan tanaman dan
mengurangi vigor tanaman. Pada saat serangan berat daun berubah menjadi kuning
dan kemudian gugur. Jika populasi hama ini tinggi (Gambar 15) maka akan
terlihat embun tepung yang berasal dari sekresi serangga. Embun tepung
merupakan tempat yang baik untuk berkembangnya jamur jelaga pada daun tanaman
sehingga akan mengurangi efisiensi fotosintesa dari tanaman.
Pengelolaan
Kutu kebul merupakan serangga polifagus dan untuk kehidupannya
memakan banyak tanaman baik yang dibudidayakan maupun gulma. Dilapangan tanaman
terong ataupun benih yang akan digunakan harus bersih dan ditanam
tidak berdekatan dengan inangnya dan gulma.
Tanamlah bibit tanaman terong
didalam rumah kasa(50–64 mesh), rumah sereh, naungan atau rumah plastik.
Jika benih kecambah terong ditanam
di lapangan terbuka, gunakan perangkap kuning rata-rata 1-2 perangkap/50-100 m2
untuk memerangkap kutu kebul. Pasang perangkap sedikit diatas atau sejajar dengan
tingginya kanopi tanaman.
Bersihkan gulma pada areal pembibitan
terong untuk mengurangi inang alternatif kutu kebul.
Tanamlah lebih dulu tanaman pinggir
seperti jagung, sorgum atau jagung manis untuk mengurangi infestasi kutu kebul.
Pantulan plastic mulsa jerami dapat mengurangi kedatangan kutu kebul ke tanaman
terong.
Formulasi neem dan imidakloprid
(jika ada ) dapat diaplikasikan ke tanah dalam bentuk larutan untuk mengendalikan
kutu kebul di tempat pembibitan.
Gunakan pestisida sistemik sesuai
dengan rekomendasi penyuluh pertanian setempat. Jangan gunakan kelompok
pestisida yang mempunyai senyawa yang sama secara terus menerus untuk mencegah
timbulnya resistensi terhadap pestisida
Thrips
Thrips palmi Karny (Thysanoptera:
Thripidae)
Gambar 17: Thrips palmi dewasa
T. palmi besifat fitopagus dan menyerang tanaman tomat, kentang, cabai,
semangka, melon, labu besar, labu siam, gambas dan lain-lain. Jenis ini dikenal
dengan nama thrips melon sebab lebih menyukai memakan tanaman labu-labuan.
Serangga dewasa dan larva mengisap cairan tanaman. Thrips lebih
menyukai menyerang daun tanaman dan kadang-kadang menyerang buah. Bila thrips
menyerang daun maka bekas makan pada daun berwarna keperakan terutama di
sepanjang vena dan tulang daun. Jika serangan berat maka daun akan berwarna
kuning atau coklat kemudian daun bagian bawah akan mengering. Buah yang
diserang akan bergores-gores dan cacat.
Pengelolaan
Walaupun T. palmi bersifat phitopagous tetapi serangga ini
lebih menyukai memakan tanaman labu-labuan. Tanaman terong yang dilapangan dan pembibitannya
harus terletak lebih jauh dari tanaman labu-labuan.
Tanamlah bibit tanaman terong didalam rumah kasa(50–64 mesh),
rumah sereh, naungan atau rumah plastik terutama pada musim kering.
Aphid
Aphis gossypii Glover (Hemiptera: Aphididae)
Gejala
kerusakan
Walaupun A. gossypii bersifat
polifag, tetapi serangga ini lebih menyukai tanaman kapas dan sayuran cucurbitaceae.
Serangga ini lebih umum dikenal dengan “aphid kapas” atau “aphid melon.”
Baik nimfa maupun serangga dewasa mempunyai tipe mulut menusuk dan mengisap.
Serangga ini mengisap cairan tanaman dan ditemukan dalam jumlah yang banyak
pada pucuk yang masih lunak atau di bawah permukaan daun. Kerusakan ringan akan
menyebabkan daun menguning.
Kerusakan berat oleh Aphid
akan menyebabkan daun muda mengeriting dan menjadi cacat. Sama seperti kutu kebul,
Aphid juga menghasilkan embun tepung dan merupakan tempat yang baik untuk
berkembangnya embun jelaga.
Pengelolaan
Meskipun A. gossypii merupakan serangga polifag tetapi
serangga ini lebih menyukai cucurbits dan kapas. Oleh karena itu pilihlah
lokasi tempat pembibitan terong yang jauh dari tanaman kapas dan cucurbits.
Tanamlah bibit tanaman terong di dalam rumah kasa (50–64 mesh),
rumah sereh, naungan atau rumah plastik untuk menghindari dari serangan Aphid.
Kumbang predator (Menochilus sp. and Coccinella sp.)
dan green lacewings merupakan predator aphid. Untuk menjaga
populasi dari kumbang predator ini janganlah menggunakan pestisida yang
berspektrum luas. Perbanyakan dan pelepasan kumbang predator sebanyak
200 pasang per ha setiap malam akan menekan populasi aphid.
A. gossypii dapat
menjadi resisten terhadap pestisida. Gunakan pestisida sesuai dengan rekomendasi
penyuluh pertanian setempat. Jangan gunakan kelompok pestisida yang mempunyai senyawa
yang sama secara terus menerus untuk mencegah timbulnya resistensi terhadap
pestisida.
Gambar 21: Kerusakan tanaman dan embun madu yang tertinggal pada
permukaan
mulsa yang disebabkan oleh Aphis gossypii
Kumbang
lembing Epilachna dodecastigma (wiedemann) and
E. vigintioctopunctata Fabricus (Coleoptera: Coccinellidae)
Gejala
kerusakan
Larva dan dewasa mempunyai
tipe mulut pengunyah. Oleh karena itu serangga ini akan menggores klorofil dari
lapisan epidermis daun. Akibat makan serangga ini maka akan terbentuk
jendela-jendela yang berlubang (Gambar 25). Daun yang berlubang akan mengering
dan gugur. Bila serangan berat daun yang berlubang akan menyatu dan akan
menyisakan tulang-tulang daun.
Pengelolaan
Pilihlah tanaman yang tahan atau agak tahan yang terdapat di
masing-masing daerah. Beberapa varietas terong yang berasal dari India seperti
Arka Shirish, Hissar Selection 14, dan Shankar Vijay telah dilaporkan tahan
terhadap kumbang Epilachna, terutama terhadap E. vigintioctopunctata (Parker
et al. 1995). Diskusikan dengan Penyuluh pertanian setempat jika ada
tanaman terong yang agak tahan terhadap hama ini.
Semua stadia serangga ditemukan pada permukaan daun. Baik larva
maupun serangga dewasa sangat mudah ditemukan pada tulang-tulang daun.
Jika
terong ditanam pada lahan yang terbatas, tangkap serangga tersebut dan
musnahkan.
Jagalah
parasitoid telur, Pediobius foveolatus (Crawford). Kurangi penggunaan pestisida
sintetik untuk menjaga jangan terbunuhnya parasitoid.
Jika
dibutuhkan, semprot dengan pestisida selektif setelah berkonsultasi dengan
penyuluh pertanian setempat.
Penggulung
Daun Eublemma olivacea walker (Lepidoptera:
Noctuidae)
Gejala
kerusakan
Larva menggulung daun secara
membujur dan memakan daun tanaman dari bahagian dalam gulungan dengan cara
memotong daun. Daun yang rusak berwarna coklat, layu dan kering.
Pengelolaan
Monitor gejala kerusakan tanaman. Buang dan musnahkan daun yang
menggulung dan ambil larvanya jika kerusakan masih ringan.
Gunakan pestisida jika benar-benar diperlukan dan konsultasikan
dengan penyuluh pertanian setempat.
Penggerek
Batang Euzophera perticella Ragonot (Lepidoptera:
Pyralidae)
Gejala
kerusakan.
Segera setelah menetas,
larva mulai menggerek batang dari bagian bawah. Kebanyakan larva menggerek
bagian cabang atau terletak dekat dasar daun dan menutup lobang gerekan dengan
bahan kotoran yang dikeluarkannya. Larva memakan batang utama mengarah ke
bagian bawah yang akan mengakibatkan tanaman menjadi kerdil atau layu dan
akhirnya seluruh tanaman akan menjadi layu. Seluruh stadia pertumbuhan tanaman
dapat diserang oleh hama ini.
Pengelolaan
Buang dan musnahkan tanaman yang terifeksi.
Cegah pertumbuhan anakan .
Lindungi parasitoids seperti Pristomerus euzopherae Viereck.
Kurangi penggunaan pestisida sintetik agar aktifitas musuh alami
meningkat.
Aplikasikan neem ke tanah untuk mengurangi serangan penggerek
batang.
Aplikasikan pestisida ke tanah jika diperlukan setelah
berkonsultasi dengan penyuluh pertanian setempat.
Kumbang
melepuh Mylabris pustulata Thunberg (Coleoptera:
Meloidae)
Gejala
kerusakan
Stadia dewasa merupakan
stadia yang merusak. Serangga ini memakan tanaman terutama bagian anakan
tanaman dan menyebabkan kehilangan hasil yang nyata.
Gambar 29: Dewasa Mylabris pustulata
Pengelolaan
Tangkap kumbang dengan tangan (pakai sarung tangan dan gunakan
jala serangga) dan musnahkan.
Insektisida kimia mungkin tidak ektif untuk mengendalikan hama
ini, hal ini disebakan karena serangga ini aktif bergerak dan pergerakannya sangat
cepat. Pestisida sintetik seperti piretroid dapat digunakan melumpuhkan
serangga jika populasi kumbang ini tinggi. Namun demikian pestisida piretroid
akan mengganggu efektifitas strategi pengendalian hama terpadu.
Tungau
merah Tetranychus urticae Koch (Acarina:
Tetranychidae)
Gambar
30: Bintik yang berwarna putih dan kuning yang
disebabkan
tungau
Pengelolaan
Beberapa predator tungau merah terdapat diberbagai negara,
misalnya Stethorus spp., Oligota spp.,
Anthrocnodax occidentalis Felt, Feltiella minuta Felt, dan lain-lain terdapat di
Taiwan (Ho 2000). Aplikasi pestisida yang berspektrum luas akan membunuh
predator dan menyebabkan ledakan populasi tungau merah. Oleh karena itu hindari
penggunaan pestisida yang berspektrum luas.
Predator tungau merah seperti Phytoseiulus persimilis Athias-Henriot
dan beberapa jenis Amblyseius, terutama A. womersleyi Schicha dan
A. fallacies Garman dapat digunakan untuk mengendalikan tungau
merah. Predator ini lebih efektif bila kelembaban tinggi dapat dijaga.
Green lacewings (Mallada
basalis Walker dan Chrysoperla carnea Stephens) juga efektif sebagai
predator umum tungau merah. Larva instar tiga dari C.
carnea dapat
memakan 25–30 tungau merah per hari, namun dibutuhkan ketersediaan makanan
sepanjang hidupnya (Hazarika et al. 2001).
Semprot dengan akarisida sesuai dengan rekomendasi daerah.
Biasanya Macrocyclic lactones (contoh: avermectins and milbemycins)
cukup efektif . Namun demikian penggunaan akarisida secara terus menerus akan
menyebabkan tungau menjadi resisten. Gunakan jenis pestisida secara bergantian
sesuai dengan
rekomendasi
penyuluh setempat.
DAFTAR PUSTAKA
Alam SN, Hossain MI, Rouf FMA, Jhala RC, Patel MG,
Rath LK, Sengupta A, Baral K, Shylesha AN, Satpathy S, Shivalingaswamy TM, Cork
A, Talekar NS. 2006. Implementation and promotion of an IPM
strategy for control of eggplant
fruit and shoot borer in South Asia. Technical Bulletin No. 36. AVRDC publication number 06-672. AVRDC – The World Vegetable Center, Shanhua,
Taiwan. 74 p.
Alam SN, Dutta NK, Ziaur Rahman AKM, Sarker MA.
2006a.
Annualm Report 2005-2006. Division of Entomology, BARI Joydebpur, Gazipur, 86
pp.
Alam SN, Rashid MA, Rouf FMA, Jhala RC, Patel JR,
Satpathy S,
Shivalingaswamy TM, Rai S, Wahundeniya
I, Cork A, Ammaranan C, Talekar
NS. 2003. Development of an integrated pest management strategy for
eggplant fruit and shoot borer in South Asia, Technical Bulletin TB28, AVRDC –
The World Vegetable Center, Shanhua, Taiwan. 66 p.
Anupam V, Raychaudhuri SP, Chenulu VV, Singh S,
Ghosh SK, Prakash N. 1975. Yellows type of diseases in India:
Eggplant little leaf. Proceedings
of Indian National Science Academy B (Biological Sciences) 41(4):
355-361.
CAB International. 2007. Crop
Protection Compendium. http://www. cabicompendium.org/NamesLists/CPC/Full/EMPOBI.htm
(accessed on October 30, 2009)
David BV. 2001. Elements of Economic
Entomology (Revised and Enlarged Edition). Popular Book Depot, Chennai, India.
590 p. [FAO] Food and Agriculture Organization. 2007. FAOSTAT. http:// faostat.fao.org [accessed 3 April 2009].
Gapud VP, Canapi BL. 1994.
Preliminary survey of insects of onions,
eggplant and string beans in San Jose, Nueva Ecija. Philippines Country
Report, IPM CRSP – First Annual Report. http://www. oired.vt.edu/ipmcrsp/communications/annrepts/annrep94/Phil_
country_rpt.html
Hanson PM, Yang RY, Tsou SCS, Ledesma D, Engle L, Lee
TC.
2006. Diversity in eggplant (Solanum
melongena) for superoxide scavenging
activity, total phenolics, and ascorbic acid. Journal of Food Composition and Analysis 19(6-7): 594-600.
Hazarika LK, Puzari KC, Wahab S.
2001. Biological control of tea pests. In: Upadhyay RK, Mukerji KG, Chamola BP
(eds.), Biocontrol potential and its exploitation in sustainable agriculture:
Insect pests. Springer: USA. p. 159–180.
Ho CC. 2000. Spider-mite problems and control
in Taiwan. Experimental and Applied Acarology 24: 453-462.
Lall BS, Mandal SC. 1958.
Inheritance of spot-variation in Epilachna (Coleoptera: Coccinellidae). Current
Science 27: 458. Mound LA. 1996. The Thysanoptera
vector species of tospoviruses. Acta Horticulturae 431: 298-309.
Orden MEM, Patricio MG, Canoy VV.
1994. Extent of pesticide use in vegetable production in Nueva Ecija: Empirical
evidence and policy implications. Research and Development Highlights 1994,
Central Luzon State University, Republic of the Philippines. p. 196-213.
Parker BL, Talekar NS, Skinner M.
1995. Field guide: Insect pests of selected vegetables in tropical and
subtropical Asia. Asian Vegetable Research and Development Center, Shanhua,
Tainan, Taiwan, ROC. Publication no. 94-427. 170 p.
Rashid MA, Rahman MA, Ahmad S, Alam SN, Rezaul Karim
ANM, Luther G, Miller S. 2003. Varietal screening of eggplant for
resistance to bacterial wilt,
fruit and shoot borer, jassid and root-knot. Tenth Annual Report, IPM CRSP, Virginia Tech. USA, p. 125-128.
Langganan:
Postingan (Atom)