Sabtu, 17 Desember 2016

Hama-Hama Pada Tanaman Terung (Solanum melongena L.)



                     HAMA-HAMA PADA TANAMAN TERONG (Solanum melongena L.) 
PAPER
OLEH :
ARDINA/130301074
MAHYAR DIAN SARI SARAGIH/ 130301090
AGROEKOTEKNOLOGI – HPT














MATA KULIAH HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN HORTIKULTURA
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016






KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Paper ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari Paper ini adalah Hama-hama pada tanaman terong” yang merupakan salah satu sayarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian pada mata kuliah Hama dan Penyakit Tanaman Hortikultura di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,  Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada            Prof. Dr. Dra. Maryani Cyccu Tobing, MS selaku dosen mata kuliah Pengendalian Hayati yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini.
            Penulis menyadari bahwa  paper  ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya Paper yang lebih baik kedepannya.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Paper ini bermanfaat bagi kita semua.


                                                                                                                           Medan,    Oktober 2016


                                                                Penulis





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
          Latar Belakang........................................................................................... 1
          Tujuan Penulisan........................................................................................ 2
          Kegunaan Penulisan................................................................................... 2

HAMA-HAMA PADA TANAMAN TERONG
         
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA





















PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terong (Solanum melongena L.), disebut juga aubergine atau brinjal, merupakan salah satu dari sepuluh tanaman sayuran penting di dunia. Luas areal tanaman terong lebih dari 2 juta ha dengan produksi 33 juta ton. Negara China merupakan negara penghasil terong terbesar di dunia dan menyediakan kira-kira setengah kebutuhan terong dunia, kemudian diikuti oleh India sebagai penghasil seperempat terong dunia; India, Mesir, Turki, Irak dan Philipina juga termasuk negara penghasil terong. Benua Asia tercatat sebagai daerah terluas (94%) dari luasan areal terong didunia, dan kira-kira 92% penghasil terong di dunia         (FAO 2007).
 India dan Indochina merupakan daerah pusat asal usul terong. Terong mudah beradaptasi pada keadaan curah hujan dan temperatur tinggi serta merupakan salah satu tanaman yang dapat berproduksi tinggi pada lingkungan basah dan panas (Hanson et al. 2006). Tanaman terong mengandung nutrisi seperti serat, asam askorbit, Vitamin K, Vitamin B6, asam pantotenik, potasium, besi, mangan, posfor dan tembaga (Usda 2009). Nutrisi yang terdapat pada terong mempunyai kontribusi sebagai makanan tambahan terutama pada saat ketersediaan sayuran lain terbatas.
Kendala utama dalam meningkatkan produksi tanaman terong di daerah tropis adalah serangan hama dan tungau. Hama utama terong diantaranya adalah penggerek pucuk dan buah terong, wereng daun, kutu putih (whitefly), thrips, aphid, kumbang lembing, penggulung daun, penggerek batang, kumbang melepuh, tungau merah dan penyakit daun. Untuk melindungi tanaman terong para petani masih bertumpu pada penggunaan pestisida, misalnya di Philipina petani terong menggunakan pestisida selama satu musim dapat mencapai 56 kali penyemprotan dengan jumlah pestisida lebih kurang 41 liter pestisida dari berbagai merek dagang yang dikelompokkan kedalam empat kelompok pestisida (Gapud dan Canapi 1994; Orden et al. 1994).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui hama-hama pada tanaman terung (Solanum melongena L.)
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan adalah sebagai salah satu syarat untuk memnuhi komponen penilaian di mata kuliah hama dan penyakit hortikultura dan pangan.












HAMA PADA TANAMAN TERUNG (Solanum melongena L.)
1. Serangga Penggerek Pucuk dan Buah Terong (PPBT) Leucinodes orbonalis Guenee (Lepidoptera: Pyralidae)
Serangga penggerek pucuk dan penggerek buah pada tanaman terong merupakan salah satu hama penting yang merusak tanaman terong di Asia Tenggara. Hama ini ditemukan juga di daerah tropik seperti di Asia dan Afrika serta dapat menurunkan hasil panen hingga mencapai 70%. Oleh karena itu petani di daerah tropis banyak menggunakan insektisida untuk mengendalikan PPBT. Petani menggunakan insektisida secara berlebihan agar buah terong yang dipasarkan bebas dari kerusakan hama. Penggunaan insektisida telah dilakukan secara intensif sehingga hama ini telah menjadi resisten
Biologi
Telur: Serangga betina meletakkan telur secara tunggal atau berkelompok dibawah permukaan daun, pucuk, kelopak bunga, atau dekat pangkal buah. Setiap serangga betina dapat meletakkan telur kira-kira 250 butir. Telur yang baru diletakkan berwarna agak putih susu, kemudian berubah menjadi merah sebelum menetas. Lamanya stadia telur berkisar antara 3-5 hari.
Gambar 1.  Larva Leucinodes orbonalis
Larva: Larva yang baru menetas berwarna putih susu sampai agak kemerahan. Setelah beberapa lama kemudian larva berubah warna menjadi kemerahan dengan kepala berwarna coklat muda dan agak kehitaman (Gambar 2). Larva instar terakhir panjangnya kira-kira 16-23 mm. Larva biasanya mempunyai lima instar dan kadang-kadang enam instar. Lamanya stadia larva biasanya berlangsung selama dua minggu pada musim panas dan tiga minggu pada musim dingin.
Pupa: Larva instar terakhir akan membentuk pupa pada bagian tanaman atau pada pangkal batang dekat dari permukaan tanah. Pupa akan membentuk benang sutera (Gambar 3), dan berwarna coklat gelap. Pupa berukuran 13 mm. Lamanya stadia pupa berlangsung antara satu sampai dua minggu.
Gambar 2: Pupa Leucinodes orbonalis
Dewasa: Ngengat berwarna putih atau putih buram dengan warna kecoklatan atau bintik hitam pada pagian dorsal dari thorak dan abdomen (Gambar 4). Sayap berwarna putih dengan sedikit warna merah muda atau biru dan pada sayap luar terdapat bintik berwarna merah. Ukuran abdomen serangga betina agak lebih besar dari serangga jantan. Serangga betina cendrung membengkokkan abdomennya keatas. Lama hidup serangga dewasa kira-kira satu minggu dan biasanya serangga betina agak lebih panjang umurnya dibandingkan dengan seranggga jantan.
Gambar 3: Ngengat dewasa Leucinodes orbonalis
Gejala Serangan
PPBT kebanyakan adalah serangga monofagus, tetapi kadangkadang hama ini juga memakan tomat, kentang Solanum indicum L., S. xanthocarpum Schrad. & Wendl., S. torvum Swartz., and S. nigrum L. (David 2001; Alam et al. 2003). Setelah menetas, larva segera mulai menggerek titik tumbuh atau masuk melalui kuncup bunga atau buah. Selama awal fase vegetatif dari tanaman, serangga ini memakan pucuk (tunas) yang masih muda. Larva setelah masuk ke pucuk dengan cara menggerek buah dan segera menutup lubang masuk dengan kotoran serta membuat terowongan di dalam pucuk atau buah kemudian memakan bagian dalam buah atau pucuk. Serangga ini juga mengisi bekas terowongan yang digerek dengan kotorannya. Akibatnya tanaman pucuk muda akan menjadi layu kemudian mongering. Pertumbuhan tanamam akan menjadi lambat. Tanaman akan menghasilkan pucuk-pucuk muda untuk memperlambat proses kematian tanaman.
Pada awal fase reproduksi larva kadang-kadang memakan kuncup atau bunga. Walaupun demikian serangga ini lebih menyukai buah untuk dimakan dibandingkan dengan kuncup bungan atau bunga pada saat tanaman berbuah. Kerusakan pada buah dari permukaan luar akan terlihat pada bekas lobang gerakan, yang sering ditutupi oleh bekas kotorannya. Larva memakan bagian buah tanaman dan membentuk terowongan-terongan yang berisi kotorannya. Akhirnya buah yang terserang tidak layak untuk dikonsumsi dan dijual di pasar.
Pengelolaan
Pengendalian yang bertumpu pada satu metode tidak bisa mengendalikan hama penggerek ini. Teknologi pengendalian hama seraca terpadu lebih sesuai untuk mengendalikan hama ini diantaranya adalah:
Hindari menanam satu jenis tanaman terong saja dan lakukan pergiliran tananam. Walaupun secara prakteknya hama PPBT monofagus, pergiliran tanaman terong dapat mengurangi secara nyata populasi hama PPBT.
§  Hindari menanam bibit tanaman terong berdekatan dengan lahan tanaman terong yang sudah ditanam dilapangan atau dekat tumpukan tanaman yang sudah mengering. Jika benih tanaman terong dibibitkan di areal yang sama maka tempat guludan pembibitan terong ditutup dengan sungkup nilon berukuran 30 mesh untuk mencegah masuknya ngengat PPBT.
§   Pilihlah varietas tanaman terong yang tahan atau agak tahan yang tersedia di masing-masing daerah, ,misalnya asesi atau varietas EG 058, Pusa Purple Long, Pusa Purple Cluster, Pusa Purple Round, H-128, H-129, Aushey, Thorn Pendy, Black Pendy, H-165, H-407, Dorley, PPC- 17-4, PVR-195, Shyamla Dhepa, Banaras Long Purple, Arka Kesav, Arka Kusmakar, Punjab Barsat, Punjab, Chamkila, Kalyanpur-2 dan Gote- 2 telah dilaporkan tahan dan toleran (Parker et al. 1995; Alam et al. 2003; Shivalingaswamy and Satpathy 2007). Semua varietas tersebut berasal dari India kecuali EG058, merupakan asesi AVRDC.
Gambar 4: Pucuk terong menjadi kering, akibat dirusak oleh
Leucinodes orbonalis
§  Memelihara parasitoid Trathala flavoorbitalis (Cameron), Eriborus sinicu Holmgren, dan Pristomerus testaceus Morley. Kurangi penggunaan pestisida sintetik sehingga aktifitas musuh alami dapat meningkat. Tambahan lagi, lepaskan parasitoid telur Trichogramma chilonis Ishii @ 1g telur yang telah terparasit/ha/minggu dan parasitoid larva Bracon habetor Say sebanyak 800-1000 dewasa/ha/minggu (Alam et al. 2006a)
§  Pasang perangkap sex feromon, rata-rata 100 perangkap per ha. Letakkan perangkap sejajar kanopi tanaman atau sedikit diatas kanopi tanaman agar efektif memerangkap PPBT.
Gambar 5: Kerusakan buah terong akibat dimakan Leucinodes orbonalis
Gambar 6: Terowongan makan pada terong yang rusak berisi kotoran
Leucinodes orbonalis
2. Hama Wereng daun Amrasca devastans distant (Hemiptera: Cicadellidae)
Biologi
Telur: Serangga dewasa meletakkan telur disepanjang vena lateral dari daun. Lamanya periode telur berlangsung antara 4 sampai 11 hari.
Nimfa: Nymfa menyerupai serangga dewasa, tetapi tidak mempunyai sayap namun mempunyai sedikit bantalan tempat perpanjangan sayap. Nimfa berwarna hijau pucat. Jika diganggu dia bergerak kesamping. Priode nimfa berlangsung antara satu sampai empat minggu tergantung pada temperatur.
Dewasa: Serangga dewasa berwarna hijau pucat  Sayap berkembang secara sempurna dengan bintik hitam menonjol disetiap bagian sayap luar. Lamanya serangga dewasa hidup antara satu sampai dua bulan.
Gejala serangan
Baik serangga dewasa maupun nimfa keduanya mempunyai tipe mulut menusuk dan mengisap. Serangga mengisap cairan tanaman dari bagian bawah permukaan daun. Pada saat mengisap cairan tanaman, serangga ini mengeluarkan kelenjar ludah yang bersifat racun dan masuk ke bagian jaringan tanaman sehingga meyebabkan jaringan tanaman menguning. Jika beberapa serangga mengisap cairan dari daun yang sama akan menyebabkan bintik-bintik kuning pada daun, kemudian diikuti daun mengerut, mengeriting, memerah dan kering atau gejala terbakar. Wereng daun juga merusak kacang-kacangan, kapas dan kentang.
Pengelolaan
Pilihlah kultivar tanaman yang tahan dan mempunyai rambut yang panjang pada daun. Rambut-rambut yang panjang dan rapat akan menolak wereng daun untuk datang. Kultivar terong dari India seperti Manjari Gota, Vaishali, Mukta Kesi, Round Green, and Kalyanipur T3 dan varietas dari Banglades seperti Bagun 6 dilaporkan relatif toleran atau agak tahan terhadap hama wereng ini (Parker et al. 1995; Rashid et al. 2003). Diskusikan dengan penyuluh pertanian setempat tentang ketersediaan varietas tahan atau toleran.
Memantau serangga dengan perangkap perekat kuning (570-580 nm) yang diletakkan secara acak di lapangan.
Tanamlah tanaman perangkap berupa kacang okra yang ditanam di bagian pinggir tanaman terong, kemudian gunakan insektisida untuk mengendalikan hama wereng yang berada pada tanaman perangkap.
Jangan menggunakan pestisida yang berspektrum luas untuk mencegah terbunuhnya musuh alami. Kumbang predator seperti kumbang berbintik dan dan serangga bersayap jala (green lacewings) merupakan predator yang sangat efektif untuk mengendalikan nimfa dan serangga dewasa wereng. Parasitoid seperti Anagrus flaveolus Waterhouse and Stethynium triclavatum Enock juga efektif untuk mengendalikan hama wereng (Subba Rao 1968; Parker et al. 1995).
Gunakan biopestida yang berasal dari nimba sesuai dengan dosis yang telah direkomendasikan. Semprot dengan nimba misalnya kernel extract (NSKE) 5%.
Gunakan pestisida sistemik sesuai anjuran penyuluh setempat. Jangan gunakan kelompok senyawa pestisida yang sama secara terus menerus untuk mencegah timbulnya resistensi terhadap pestisida.
Gambar 11: Gejala daun terbakar yang disebabkan Amrasca devastans

Kutu kebul Bemisia tabaci Gennadius (Hemiptera: Aleyrodidae)
Kutu kebul (kutu putih) terdistribusi luas didaerah tropik dan subtropik serta di daerah temperate ditemukan di rumah kasa. B. tabaci bersifat polifagus dan memakan tanaman sayuran diantaranya tomat, terong, tanaman di lapangan dan gulma. Kondisi kering dan panas sangat sesuai bagi perkembangan kutu putih, sedangkan hujan lebat akan menurunkan perkembangan populasi kutu putih dengan cepat. Hama ini aktif pada siang hari dan pada malam hari berada dibawah permukaan daun.
Biologi
Telur: Serangga Betina umumnya meletakkan telur di bawah permukaan daun di dekat venasi daun. Hama ini lebih menyukai permukaan daun yang banyak berbulu untuk meletakkan telurnya lebih banyak. Seekor betina selama hidupnya dapat meletakkan telur kira-kira 300 butir. Telur berukuran kecil kira-kira 0.25 mm, bebentuk seperti buah pir, dan diletakkan dibawah permukaan daun secara vertical melalui pedicel. Telur yang baru diletakkan berwarna putih dan kemudian berubah menjadi kecoklatan. Telur tidak mudah dilihat dengan mata telanjang dan hanya dapat dilihat dibawah mikroskop atau kaca pembesar. Fase telur berlangsung kirakira tiga sampai lima hari pada musim panas dan 5 sampai 33 hari pada musim dingin (David 2001).
Nimfa: Setelah menetas larva instar pertama (nimfa) pindah dari permukaan daun ke lokasi yang sesuai untuk dia makan. Nimfa stadia ini disebut juga dengan “crawler.” Nimfa tersebut segera menusukkan mulutnya dan mengisap cairan tanaman melalui phloem. Nimfa instar pertama sudah mempunyai antene, mata dan tiga pasang kaki yang sudah berkembang dengan baik. Nimfa berbentuk oval, pipih dan berwarna hijau kekuning-kungan.
Gambar 13: Mata merah pada nimfa Bemisia tabaci
Gambar14: Dewasa Bemisia tabaci
Nimfa instar kedua dan ketiga tidak mempunyai kaki dan tidak bergerak selama stadia ini. Stadia nimfa terakhir mempunyai mata yang berwarna merah. Stadia ini kadangkadang mirip dengan puparium walaupun pada serangga Hemiptera merah tidak mempunyai stadia pupa yang nyata (metamorphosis tidak sempurna). Lamanya periode nimfa berkisar antara 9 sampai 14 hari pada musim panas dan 17 sampai 73 hari (David 2001). Serangga dewasa keluar dari puparia melalui celah berbentuk huruf T, dan berada disamping bekas kerabang kulit pupa atau eksuvi.
Dewasa: Serangga dewasa mempunyai tubuh yang lunak, berbentuk seperti ngengat. Serangga dewasa diselimuti oleh lapisan lilin yang bertepung dan tubuhnya berwarna kuning terang. Sayapnya terletak diatas tubuh menyerupai tenda. Serangga jantan sedikit lebih kecil dibandingkan serangga betina. Serangga dewasa dapat hidup selama satu sampai tiga minggu.
Gejala serangan
Baik nimfa maupun serangga dewasa mengisap cairan tanaman dan mengurangi vigor tanaman. Pada saat serangan berat daun berubah menjadi kuning dan kemudian gugur. Jika populasi hama ini tinggi (Gambar 15) maka akan terlihat embun tepung yang berasal dari sekresi serangga. Embun tepung merupakan tempat yang baik untuk berkembangnya jamur jelaga pada daun tanaman sehingga akan mengurangi efisiensi fotosintesa dari tanaman.
Pengelolaan
Kutu kebul merupakan serangga polifagus dan untuk kehidupannya memakan banyak tanaman baik yang dibudidayakan maupun gulma. Dilapangan tanaman terong ataupun benih yang akan digunakan harus bersih dan ditanam tidak berdekatan dengan inangnya dan gulma.
Tanamlah bibit tanaman terong didalam rumah kasa(50–64 mesh), rumah sereh, naungan atau rumah plastik.
Jika benih kecambah terong ditanam di lapangan terbuka, gunakan perangkap kuning rata-rata 1-2 perangkap/50-100 m2 untuk memerangkap kutu kebul. Pasang perangkap sedikit diatas atau sejajar dengan tingginya kanopi tanaman.
Bersihkan gulma pada areal pembibitan terong untuk mengurangi inang alternatif kutu kebul.
Tanamlah lebih dulu tanaman pinggir seperti jagung, sorgum atau jagung manis untuk mengurangi infestasi kutu kebul. Pantulan plastic mulsa jerami dapat mengurangi kedatangan kutu kebul ke tanaman terong.
Formulasi neem dan imidakloprid (jika ada ) dapat diaplikasikan ke tanah dalam bentuk larutan untuk mengendalikan kutu kebul di tempat pembibitan.
Gunakan pestisida sistemik sesuai dengan rekomendasi penyuluh pertanian setempat. Jangan gunakan kelompok pestisida yang mempunyai senyawa yang sama secara terus menerus untuk mencegah timbulnya resistensi terhadap pestisida
Thrips Thrips palmi Karny (Thysanoptera: Thripidae)
Gambar 17: Thrips palmi dewasa
T. palmi besifat fitopagus dan menyerang tanaman tomat, kentang, cabai, semangka, melon, labu besar, labu siam, gambas dan lain-lain. Jenis ini dikenal dengan nama thrips melon sebab lebih menyukai memakan tanaman labu-labuan.
Serangga dewasa dan larva mengisap cairan tanaman. Thrips lebih menyukai menyerang daun tanaman dan kadang-kadang menyerang buah. Bila thrips menyerang daun maka bekas makan pada daun berwarna keperakan terutama di sepanjang vena dan tulang daun. Jika serangan berat maka daun akan berwarna kuning atau coklat kemudian daun bagian bawah akan mengering. Buah yang diserang akan bergores-gores dan cacat.
Pengelolaan
Walaupun T. palmi bersifat phitopagous tetapi serangga ini lebih menyukai memakan tanaman labu-labuan. Tanaman terong yang dilapangan dan pembibitannya harus terletak lebih jauh dari tanaman labu-labuan.
Tanamlah bibit tanaman terong didalam rumah kasa(50–64 mesh), rumah sereh, naungan atau rumah plastik terutama pada musim kering.
Aphid Aphis gossypii Glover (Hemiptera: Aphididae)
Gejala kerusakan
Walaupun A. gossypii bersifat polifag, tetapi serangga ini lebih menyukai  tanaman kapas dan sayuran cucurbitaceae. Serangga ini lebih umum dikenal dengan “aphid kapas” atau “aphid melon.” Baik nimfa maupun serangga dewasa mempunyai tipe mulut menusuk dan mengisap. Serangga ini mengisap cairan tanaman dan ditemukan dalam jumlah yang banyak pada pucuk yang masih lunak atau di bawah permukaan daun. Kerusakan ringan akan menyebabkan daun menguning.
Kerusakan berat oleh Aphid akan menyebabkan daun muda mengeriting dan menjadi cacat. Sama seperti kutu kebul, Aphid juga menghasilkan embun tepung dan merupakan tempat yang baik untuk berkembangnya embun jelaga.
Pengelolaan
Meskipun A. gossypii merupakan serangga polifag tetapi serangga ini lebih menyukai cucurbits dan kapas. Oleh karena itu pilihlah lokasi tempat pembibitan terong yang jauh dari tanaman kapas dan cucurbits.
Tanamlah bibit tanaman terong di dalam rumah kasa (50–64 mesh), rumah sereh, naungan atau rumah plastik untuk menghindari dari serangan Aphid.
Kumbang predator (Menochilus sp. and Coccinella sp.) dan green lacewings merupakan predator aphid. Untuk menjaga populasi dari kumbang predator ini janganlah menggunakan pestisida yang berspektrum luas. Perbanyakan dan pelepasan kumbang predator sebanyak 200 pasang per ha setiap malam akan menekan populasi aphid.
A. gossypii dapat menjadi resisten terhadap pestisida. Gunakan pestisida sesuai dengan rekomendasi penyuluh pertanian setempat. Jangan gunakan kelompok pestisida yang mempunyai senyawa yang sama secara terus menerus untuk mencegah timbulnya resistensi terhadap pestisida.





Gambar 21: Kerusakan tanaman dan embun madu yang tertinggal pada
permukaan mulsa yang disebabkan oleh Aphis gossypii

Kumbang lembing Epilachna dodecastigma (wiedemann) and E. vigintioctopunctata Fabricus (Coleoptera: Coccinellidae)
Gejala kerusakan
Larva dan dewasa mempunyai tipe mulut pengunyah. Oleh karena itu serangga ini akan menggores klorofil dari lapisan epidermis daun. Akibat makan serangga ini maka akan terbentuk jendela-jendela yang berlubang (Gambar 25). Daun yang berlubang akan mengering dan gugur. Bila serangan berat daun yang berlubang akan menyatu dan akan menyisakan tulang-tulang daun.
Pengelolaan
Pilihlah tanaman yang tahan atau agak tahan yang terdapat di masing-masing daerah. Beberapa varietas terong yang berasal dari India seperti Arka Shirish, Hissar Selection 14, dan Shankar Vijay telah dilaporkan tahan terhadap kumbang Epilachna, terutama terhadap E. vigintioctopunctata (Parker et al. 1995). Diskusikan dengan Penyuluh pertanian setempat jika ada tanaman terong yang agak tahan terhadap hama ini.
Semua stadia serangga ditemukan pada permukaan daun. Baik larva maupun serangga dewasa sangat mudah ditemukan pada tulang-tulang daun.
Jika terong ditanam pada lahan yang terbatas, tangkap serangga tersebut dan musnahkan.
Jagalah parasitoid telur, Pediobius foveolatus (Crawford). Kurangi penggunaan pestisida sintetik untuk menjaga jangan terbunuhnya parasitoid.
Jika dibutuhkan, semprot dengan pestisida selektif setelah berkonsultasi dengan penyuluh pertanian setempat.
Penggulung Daun Eublemma olivacea walker (Lepidoptera: Noctuidae)
Gejala kerusakan
Larva menggulung daun secara membujur dan memakan daun tanaman dari bahagian dalam gulungan dengan cara memotong daun. Daun yang rusak berwarna coklat, layu dan kering.
Pengelolaan
Monitor gejala kerusakan tanaman. Buang dan musnahkan daun yang menggulung dan ambil larvanya jika kerusakan masih ringan.
Gunakan pestisida jika benar-benar diperlukan dan konsultasikan dengan penyuluh pertanian setempat.
Penggerek Batang Euzophera perticella Ragonot (Lepidoptera: Pyralidae)
Gejala kerusakan.
Segera setelah menetas, larva mulai menggerek batang dari bagian bawah. Kebanyakan larva menggerek bagian cabang atau terletak dekat dasar daun dan menutup lobang gerekan dengan bahan kotoran yang dikeluarkannya. Larva memakan batang utama mengarah ke bagian bawah yang akan mengakibatkan tanaman menjadi kerdil atau layu dan akhirnya seluruh tanaman akan menjadi layu. Seluruh stadia pertumbuhan tanaman dapat diserang oleh hama ini.
Pengelolaan
Buang dan musnahkan tanaman yang terifeksi.
Cegah pertumbuhan anakan .
Lindungi parasitoids seperti Pristomerus euzopherae Viereck. Kurangi penggunaan pestisida sintetik agar aktifitas musuh alami meningkat.
Aplikasikan neem ke tanah untuk mengurangi serangan penggerek batang.
Aplikasikan pestisida ke tanah jika diperlukan setelah berkonsultasi dengan penyuluh pertanian setempat.
Kumbang melepuh Mylabris pustulata Thunberg (Coleoptera: Meloidae)
Gejala kerusakan
Stadia dewasa merupakan stadia yang merusak. Serangga ini memakan tanaman terutama bagian anakan tanaman dan menyebabkan kehilangan hasil yang nyata.
Gambar 29: Dewasa Mylabris pustulata
Pengelolaan
Tangkap kumbang dengan tangan (pakai sarung tangan dan gunakan jala serangga) dan musnahkan.
Insektisida kimia mungkin tidak ektif untuk mengendalikan hama ini, hal ini disebakan karena serangga ini aktif bergerak dan pergerakannya sangat cepat. Pestisida sintetik seperti piretroid dapat digunakan melumpuhkan serangga jika populasi kumbang ini tinggi. Namun demikian pestisida piretroid akan mengganggu efektifitas strategi pengendalian hama terpadu.
Tungau merah Tetranychus urticae Koch (Acarina: Tetranychidae)
Gambar 30: Bintik yang berwarna putih dan kuning yang
disebabkan tungau
Pengelolaan
Beberapa predator tungau merah terdapat diberbagai negara, misalnya Stethorus spp., Oligota spp.,
Anthrocnodax occidentalis Felt, Feltiella minuta Felt, dan lain-lain terdapat di Taiwan (Ho 2000). Aplikasi pestisida yang berspektrum luas akan membunuh predator dan menyebabkan ledakan populasi tungau merah. Oleh karena itu hindari penggunaan pestisida yang berspektrum luas.
Predator tungau merah seperti Phytoseiulus persimilis Athias-Henriot dan beberapa jenis Amblyseius, terutama A. womersleyi Schicha dan A. fallacies Garman dapat digunakan untuk mengendalikan tungau merah. Predator ini lebih efektif bila kelembaban tinggi dapat dijaga.
Green lacewings (Mallada basalis Walker dan Chrysoperla carnea Stephens) juga efektif sebagai predator umum tungau merah. Larva instar tiga dari C.
carnea dapat memakan 25–30 tungau merah per hari, namun dibutuhkan ketersediaan makanan sepanjang hidupnya (Hazarika et al. 2001).
Semprot dengan akarisida sesuai dengan rekomendasi daerah. Biasanya Macrocyclic lactones (contoh: avermectins and milbemycins) cukup efektif . Namun demikian penggunaan akarisida secara terus menerus akan menyebabkan tungau menjadi resisten. Gunakan jenis pestisida secara bergantian sesuai dengan
rekomendasi penyuluh setempat.















DAFTAR PUSTAKA
Alam SN, Hossain MI, Rouf FMA, Jhala RC, Patel MG, Rath LK, Sengupta A, Baral K, Shylesha AN, Satpathy S, Shivalingaswamy TM, Cork A, Talekar NS. 2006. Implementation and promotion of an IPM strategy for control of eggplant fruit and shoot borer in South Asia. Technical Bulletin No. 36. AVRDC publication number 06-672. AVRDC – The World Vegetable Center, Shanhua, Taiwan. 74 p.

Alam SN, Dutta NK, Ziaur Rahman AKM, Sarker MA. 2006a. Annualm Report 2005-2006. Division of Entomology, BARI Joydebpur, Gazipur, 86 pp.

Alam SN, Rashid MA, Rouf FMA, Jhala RC, Patel JR, Satpathy S, Shivalingaswamy TM, Rai S, Wahundeniya I, Cork A, Ammaranan C, Talekar NS. 2003. Development of an integrated pest management strategy for eggplant fruit and shoot borer in South Asia, Technical Bulletin TB28, AVRDC – The World Vegetable Center, Shanhua, Taiwan. 66 p.

Anupam V, Raychaudhuri SP, Chenulu VV, Singh S, Ghosh SK, Prakash N. 1975. Yellows type of diseases in India: Eggplant little leaf. Proceedings of Indian National Science Academy B  (Biological Sciences) 41(4): 355-361.

CAB International. 2007. Crop Protection Compendium. http://www. cabicompendium.org/NamesLists/CPC/Full/EMPOBI.htm (accessed on October 30, 2009)

David BV. 2001. Elements of Economic Entomology (Revised and Enlarged Edition). Popular Book Depot, Chennai, India. 590 p.  [FAO] Food and Agriculture Organization. 2007. FAOSTAT. http://  faostat.fao.org [accessed 3 April 2009].

Gapud VP, Canapi BL. 1994. Preliminary survey of insects of onions,  eggplant and string beans in San Jose, Nueva Ecija. Philippines Country Report, IPM CRSP – First Annual Report. http://www.  oired.vt.edu/ipmcrsp/communications/annrepts/annrep94/Phil_ country_rpt.html

Hanson PM, Yang RY, Tsou SCS, Ledesma D, Engle L, Lee TC. 2006. Diversity in eggplant (Solanum melongena) for superoxide scavenging activity, total phenolics, and ascorbic acid. Journal of Food Composition and Analysis 19(6-7): 594-600.

Hazarika LK, Puzari KC, Wahab S. 2001. Biological control of tea pests. In: Upadhyay RK, Mukerji KG, Chamola BP (eds.), Biocontrol potential and its exploitation in sustainable agriculture: Insect pests. Springer: USA. p. 159–180.
Ho CC. 2000. Spider-mite problems and control in Taiwan. Experimental and Applied Acarology 24: 453-462.

Lall BS, Mandal SC. 1958. Inheritance of spot-variation in Epilachna (Coleoptera: Coccinellidae). Current Science 27: 458.  Mound LA. 1996. The Thysanoptera vector species of tospoviruses. Acta Horticulturae 431: 298-309.

Orden MEM, Patricio MG, Canoy VV. 1994. Extent of pesticide use in vegetable production in Nueva Ecija: Empirical evidence and policy implications. Research and Development Highlights 1994, Central Luzon State University, Republic of the Philippines. p. 196-213.

Parker BL, Talekar NS, Skinner M. 1995. Field guide: Insect pests of selected vegetables in tropical and subtropical Asia. Asian Vegetable Research and Development Center, Shanhua, Tainan, Taiwan, ROC. Publication no. 94-427. 170 p.

Rashid MA, Rahman MA, Ahmad S, Alam SN, Rezaul Karim ANM, Luther G, Miller S. 2003. Varietal screening of eggplant for resistance to bacterial wilt, fruit and shoot borer, jassid and root-knot. Tenth Annual Report, IPM CRSP, Virginia Tech. USA, p. 125-128.