PENGARUH
BERBAGAI SUMBER ALELOPATI TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
(Zea mays L.)
LAPORAN
Oleh
:
ARDINA
130301074
AGROEKOTEKNOLOGI
IIA
KELOMPOK II1
LABORATORIUM
EKOLOGI TANAMAN
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
PENGARUH
BERBAGAI SUMBER ALELOPATI TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
LAPORAN
Oleh
:
ARDINA
130301074
AGROEKOTEKNOLOGI II-A
KELOMPOK III
Laporan Sebagai Salah
Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan.
Diketahui Oleh
Dosen Penanggung Jawab
(Nini Rahmawati, S.P., M.Si)
NIP.
197202152001122002
LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
PROGRAM
STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung memiliki adaptasi pertumbuhan yang
luas sehingga memungkinkannya ditanam secara ektensif di banyak daerah di
dunia. Jagung adalah tanaman purba, sebagaimana ditunjukkan dari sisaan kelobot
yang terunut sampai sekitar 5000 SM, yang ditemukan di penggalian sejarah gua
Tehuacan, Meksiko. Domestikasi tanaman ini diperkirakan telah dimulai pada
kurun waktu tersebut (Rubatzky
dan Yamaguchi, 1998).
Faktor lingkungan tumbuh baik
biotik maupun abiotik sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas
tanaman. Lingkungan abiotik yang paling dominan berpengaruh adalah lingkungan
agroklimatik dan kesuburan lahan. Kesuburan lahan terdiri dari berbagai unsur
yang dapat memperbaiki pertumbuhan seperti unsur hara dan mikroba tanah dan
unsur atau senyawa yang dapat merusak pertumbuhan tanaman terutama zat yang
bersifat toksik di dalam tanah. Salah satu unsur atau senyawa yang bersifat
toksik bagi tanaman adalah senyawa alelopati (Djazuli, 2011).
Senyawa
alelopati yang pertama ditemukan pada tahun 1928 oleh Davis pada larutan hasil
“leaching” serasah kering Black Walnut (Kenari hitam) mampu menekan de
perkecambahan dan pertumbuhan benih tanaman yang ada di bawah pohon kenari
hitam tersebut. Sebelumnya dinyatakan pula bahwa eksudat tanaman bisa
menyebabkan terjadinya tanah yang marginal akibat adanya ekskresi atau eksudasi
akar tanaman sebelumnya (Djazuli dan Maslahah, 2012).
Alelopati adalah
interaksi biokimia antara mikroorganisme
ataupun tanaman baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Beberapa gulma yang telah terbukti bersifat alelopati adalah Ageratum
conyziodes L., Cyperus rotundus, Cyperus esculentus, Cynodon dactylon, dan
Imperata cylindrical. Gulma – gulma tersebut diketahui sangat kompetitif
terhadap tanaman dan mengakibatkan penurunan produksi (Moenandir, 1993).
Alelopati merupakan suatu golongan senyawa kimia yang
terdapat dalam suatu tumbuhan yang bersifat menekan pertumbuhan tumbuhan lain
yang berada disekelilingnya. Alelopati dapat menimbulkan berbagai keadaan atau
kondisi yang dapat menghalangi pertumbuhan tumbuhan lainnya. Sebagai contoh
adalah senyawa fenolik yang bersifat mendorong terjadinya ketidak-aktifan
hormon pertumbuhan. Disamping itu perubahan senyawa monofenol menjadi polifenol
juga akan mengganggu keseimbangan hormon sehingga terciptanya kondisi yang
dapat menekan pertumbuhan (Rahmani, 2012).
Amensalisme
adalah interaksi yang menekan satu organisme, sedangkan yang lain tetap stabil.
Amensalisme juga disebut sebagai suatu interaksi bersifat negatif, di-mana
salah satu anggotanya terhambat oleh adanya alelopati yang dilepaskan dan yang
lain tidak terpengaruh. Salah satu contoh amensalisme adalah interaksi
alelokemis, yaitu penghambatan satu organisme oleh organisme lain melalui
pele-pasan produk metabolit ke lingkungan. Interaksi alelokemis yang hanya
melibat-kan tumbuhan saja disebut alelopati. Senyawa-senyawa kimia yang
mempu-nyai potensi alelopati dapat ditemukan di semua organ tumbuhan termasuk
daun, batang, akar rizoma, bunga, buah dan biji (Universitas Negeri
Semarang, 2011).
Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan ini
adalah untuk mengetahui dan memahami efek pemberian alelopati terhadap tanaman
Jagung (Zea mays L.)
Kegunaan
Penulisan
Adapun
kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat
memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Jagung (Zea mays
L.)
Menurut
Purwono dan Hartono (2004), jagung diklasifikasikan dalam
kingdom:Plantae,Divisi:Spermatophyta,Subdivisio:Angiospermae,Kelas:Monocotyledonae,Ordo
Graminae,Famili Graminaceae,Genus
Zea,Spesies : Zea mays L.
Sistem perakaran jagung terdiri
atas akar primer, akar lateral, akar horizontal, dan akar udara. Akar primer
adalah akar yang pertama kali muncul pada saat biji berkecambah dan tumbuh
kebawah. Akar lateral adalah akar yang tumbuh memanjang kesamping. Akar udara
adalah akar yang tumbuh dari bulu-bulu diatas permukaan tanah (Najiyati dan
Danarti, 1992).
Tanaman jagung mempunyai batang
yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan
buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua
tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga
komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles
vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran
konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaranlingkaran menuju
perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu mendekati pusat
batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan
batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mepunyai batang kuat memiliki lebih
banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang
dan sekeliling bundles vaskuler (Subekti et
al, 2009).
Daun jagung tumbuh disetiap ruas
batang. Daun ini berbentuk pipa, mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150 cm,
serta didukung oleh pelepah daun yang menyelubungi batang. Daun mempunyai dua
jenis bunga yang berumah satu. Daun nya termasuk daun sempurna dan disemlimuti
oleh bulu-bulu halus sehingga apabila tergesek akan terdengar suara gesekan (Najiyati dan Danarti, 1992).
Bunga jantan terletak
dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau tassel dan bunga betina
terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan stigma (Idris, Zainal,
Mohammad, Lassim, Norman dan Hashim, 1982). Bunga jagung tergolong bunga tidak
lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai petal dan sepal dimana
organ bunga jantan (staminate) dan organ bunga betina (pestilate)
tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu (Universitas Sumatera Utara, 2008).
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji,
dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan
endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya, biji jagung
tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan
berjumlah antara 8-20 baris biji
(Rukmana, 1997).
Tanaman ini memiliki buah matang berbiji
tunggal yang disebut karyopsis. Buah ini gepeng dengan permukaan atas cembung
atau cekung dan dasar runcing. Buah ini terdiri dari endosperma yang
mengelilingi embrio, lapisan aleuron dan jaringan perikarp (kulit) yang merupakan lapisan
pembungkus
(Tjitrosoepomo, 2001).
Syarat
Tumbuh
Iklim
Iklim
yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerahdaerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung
dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat
LS. Pada lahan yang tidak beririgasi,
pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan
dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu
mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan
menjelang musim kemarau (MIG Corp, 2010).
Curah
hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan
pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan
atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang
ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak
optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan
tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi
optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan
tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %,
sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl
dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl (Modul Pertanian, 2009).
Pertumbuhan tanaman
jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi,
pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang
baik bahkan tidak dapat membentuk buah.
Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34O C, akan tetapi bagi
pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27O C. Pada
proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30O C.
Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim
hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (MIG
Corp, 2010).
Tanah
Jagung
dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah mulai tanah dengan tekstur berpasir
hinggga tanah liat berat. Namun tanaman jagung akan tumbuh baik pada tanah yang
gembur dan kaya akan humus dengan tingkat derajat keasaman (pH) tanah antara
5,5-7,5, dengan kedalaman air 50-200 cm dari permukaan tanah dan kedalaman
permukaan perakaran (kedalaman efektif tanah) mencapai 20-60 cm dari permukaan
tanah, pada tanah yang berat, perlu dibuat drainase, karena tanaman jagung
tidak tahan terhadap genangan air (Universitas
Sriwijaya, 2010).
Jagung
menghendaki struktur tanah yang gembur dan berdrainase baik. Oleh karenanya,
lahan yang akan ditanami perlu dibajak kemudian digaru 2b kali sedalam 15-20 cm dan diratakan. Pada tanah dengan
struktur ringan (porus), seperti tanah alfisol, regosol, etisol, dan oxisol,
dapat dilakukan pengolahan tanah minimum (minimum tillage), yakni mengolah
tanah sepanjang baris tanaman (Wirawan dan Wahyuni, 2002).
Jagung
merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia. Penyebaran tanaman
jagung sangat luas karena mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai
lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari
dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan
curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun (Pinem et al, 2008).
Alelopati
Alelopati adalah
interaksi biokimia antara mikroorganisme
ataupun tanaman baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.
Beberapa gulma yang telah terbukti bersifat alelopati adalah Ageratum
conyziodes L., Cyperus rotundus, Cyperus esculentus, Cynodon dactylon, dan
Imperata cylindrical. Gulma – gulma tersebut diketahui sangat kompetitif
terhadap tanaman dan mengakibatkan penurunan produksi (Chairunnisa, 2014).
Alelopati memainkan peranan penting
di dalam agroekosistem yang menentukan ketentuan secara meluas atas interaksi
antara tanaman budidaya – tanaman budidaya, tanaman budidaya – gulma dan antara
ketiganya – tanaman budidaya. Pada umumnya interaksi ini berbahaya bagi tanaman
penerima tetapi memberikan keuntungan khusus bagi tanaman pemberi. Mikroba di
dalam tanah mempunyai fungsi utama di dalam menjalankan interaksi dimana mereka
tidak saja dalam interaksi alelopatik secara natural saja namun juga meliputi
senyawa alelopatik yang merupakan hasil modifikasi (Rahmani, 2012).
Alelopati adalah interaksi
biokimia antara mikroorganisme atau tanaman baik yang bersifat
positif maupun negatif (Molisch,1937
dalam Putnam dan Duke, 1978). Warnell (2002) mendefinisikan alelopati
sebagai suatu kadungan bahan kimia yang bersifat aktif maupun pasif yang
dibebaskan ke lingkungannya sehingga mempengaruhi organisme lainnya. Senyawa
alelopati kebanyakan dikandung pada jaringan tanaman, seperti akar, ubi,
rhizome, batang, daun, bunga, buah dan biji yang dikeluarkan tanaman melalui
cara penguapan, eksudasi akar, hasil lindihan dan pelapukan sisa-sisa tanaman
(Moenandir, 1988) yang mampu mengganggu pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya.
Beberapa senyawa yang diidentifikasi sebagai alelopati adalah flavanoid,
tanin, asam fenolat, asam ferulat, kumarin, terpenoid, stereoid, sianohidrin,
quinon, asam sinamik dan derivatnya (Fatmawati, 2012).
Alelopati merupakan pelepasan
senyawa bersifat toksik yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman disekitarnya
dan senyawa yang bersifat alelopati disebut alelokimia. Alelopati sebagai
pengaruh langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan
lainnya, baik yang bersifat positif maupun negatif melalui pelepasan senyawa
kimia ke lingkungannnya (Chairunnisa, 2014).
Konsentrasi
ekstrak 35% merupakan konsentrasi terendah yang mampu menghambat perkecambahan
gulma yang ditunjukkan dengan menurunnya rerata panjang kecambah menjadi 1,29
cm (Tabel 1). Senyawa alelopati yang terdapat di dalam ekstrak serasah daun
mangga dapat menurunkan panjang kecambah rumput grinting. Semakin terhambatnya perkecambahan pada
konsentrasi tertentu menunjukkan besarnya kemampuan ekstrak serasah daun mangga
dalam menghambat perkecambahan gulma (Yulifrianti et al., 2015).
Kandungan Alelopati
Alelopati
sebagai suatu kadungan bahan kimia yang bersifat aktif maupun pasif yang
dibebaskan ke lingkungannya sehingga mempengaruhi organisme lainnya. Senyawa
alelopati kebanyakan dikandung pada jaringan tanaman, seperti akar, ubi,
rhizome, batang, daun, bunga, buah dan biji yang dikeluarkan tanaman melalui
cara penguapan, eksudasi akar, hasil lindihan dan pelapukan sisa-sisa tanaman
(Moenandir, 1988).
Penyusun senyawa alelopati terdiri atas senyawa
terpenoid yang terbagi dalam beberapa kelompok seperti 1,8-cineole, camphor,
α-pinen, β-pinen, champene dan tujon. Selain itu terdapat juga senyawa
alelopati yang larut dalam air seperti o-asam koumarik, p-OH asam
benzoad yang terdiri atas asam vanilik dan asam ferulik (Djazuli,
2011).
Beberapa senyawa yang diidentifikasi sebagai
alelopati adalah flavanoid, tanin, asam fenolat, asam ferulat, kumarin,
terpenoid, stereoid, sianohidrin, quinon, asam sinamik dan derivatnya (Fujii
et al., 1991).
Bentuk aksi senyawa alelopati sangat bervariasi dan
besarnya belum semuanya diketahui. Sangat sedikit jenis tanaman yang diketahui
sebagai penghasil alelopati. Untuk bisa mengetahui tumbuhan yang berpeluang
mengandung senyawa alelopati diseebutkan adalah tumbuhan yang mengisi pertama
kali kehidupan suksesi, jenis eksotis dan introduksi pada suatu lahan dapat
berpeluang menjadi senyawa alelopati. Senyawa lain yang berperan sebagai
alelopati adalah Kelompok fenol yang berperan dalam penghambatan perkecambahan
kelompok rumput-rumputan dan herba (Moenandir, 1988).
Hasil penelitian lainnya telah
dilaporkan bahwa senyawa alelopati juga dapat merusak dan menghambat
pertumbuhan tanaman penghasil senyawa alelopati itu sendiri yang disebut dengan
autotoksik (Hasanuzzaman, 1995).
Saat
ini kebutuhan dan penggunaan herbisida kimia sintetis untuk tanaman perkebunan
sangat tinggi. Dalam rangka mendukung gerakan pertanian organik di Indonesia,
diperlukan pestisida organik khususnya herbisida organik yang efektif untuk
menekan pertumbuhan gulma terutama pada tanaman perkebunan
(Djazuli, 2011).
Selain pengaruh negatif bagi
pertumbuhan tanaman lain dan dirinya sendiri, senyawa alelopati ternyata
mempunyai potensi yang sangat baik untuk bahan baku herbisida organik. Sebagai
contoh, eksudat rhizome alang-alang sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan
gulma daun lebar, sedangkan ekstrak akar jagung dapat digunakan untuk
menghambat gulma melalui peningkatan aktivitas enzim katalase dan peroksidase.
Namun demikian, penggunaan ekstrak rhizome alang-alang perlu dibatasi mengingat
ekstrak alang-alang tersebut juga dapat menghambat pertumbuhan ubi kayu dan
ketimun (Hasanuzzaman, 1995).
Pengaruh Alelopati Terhadap
Perkecambahan Jagung (Zea mays L.)
Ada berbagai faktor penghambat yang
dapat mengganggu proses perkecambahan jagung, salah satunya adalah pengaruh
alelopaty yang dikeluarkan oleh tumbuhan disekitarnya yang dapat menghambat
bahkan mematikan fase perkecambahan. Penelitian Febian Tetelay (2003) tentang
pengaruh Allelopathy dari Acacia mangium Wild terhadap perkembangan
binih kacang hijau (phasealus radiatus L) dan benih jagung (Zea
mays) yang dilaksanakan selama 1 bulan yaitu dari bulan Januari sampai
bulan Februari 2003 dengan lokasi penelitian Hutan Pendidikan Fakultas
Pertanian, Universitas Pattimura Ambon. Menghasilkan kesimpulan bahwa
Allelopathy Acacia mangium Wild memberikan pengaruh terhadap
perkecambahan benih jagung (Zea mays), dimana pengaruh yang diberikan
berupa hambatan pada perkecambahan pada kedua jenis benih ini (Rahmani, 2012).
Alang-alang (Imperata cylindrica
L.) yang masih hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ dibawah tanah,
jika 24 sudah mati baik organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah
tanah sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati. Alang-alang (Imperata cylindrica
L.) menyaingi tanaman lain dengan mengeluarkan senyawa beracun dari akarnya dan
dari pembusukan bagian vegetatifnya. Senyawa yang dikeluarkan dari bagian
tersebut adalah golongan fenol. Dengan senyawa tersebut alang-alang mempunyai
kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih
terhambat, dan hasilnya semakin menurun (Izah, 2009).
Perkecambahan biji merupakan fase
kritis pada pertumbuhan tanaman jagung, Tanaman jagung berasal dari daerah
tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut.
Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh
pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering. Tetapi
untuk pertumbuhan optimalnya, Jagung menghendaki beberapa persyaratan salah
satunya adalah perkecambahan biji yang baik dimana tidak ada faktor penghambat
yang mempengaruhi dalam berlangsungnya fase perkecambahan (Rahmani, 2012).
Gangguan gulma teki dapat
menurunkan produksi dari berbagai tanaman, seperti jagung (41%), bawang (89%),
okra (62%), wortel (50%), kacang hijau (41%), ketimun (48%), kobis (35%), tomat
(38%), padi (38%) dan kapas (34%) (Rice, 1984). Penurunan produksi tersebut
akibat terjadi perubahan-perubahan karakter morfologi, biokimiawi dan fisiologi.
Kristanto et al. (2003) melaporkan bahwa alelopati teki dan juga alang-alang
menyebabkan ukuran organ berbagai tanaman legum dan graminae menjadi lebih
kecil, proses perkecambahan terhambat dan proses penimbunan bahan kering
menjadi terhambat sehingga produksi bahan kering rendah. Ukuran organ daun yang
lebih kecil dan tanaman lebih kerdil, terhambatnya laju dan menurunnya
prosentase perkecambahan, penurunan laju fotosintesis dan laju pertumbuhan
relatif akibat alelopati mencerminkan terjadinya perubahan karakter morfologi,
biokimiawi,.dan fisiologi tanaman (Kristanto, 2006).
Untuk mendapatkan senyawa alelopati
yang terdapat pada beberapa gulma dilakukan metode khusus berupa pengekstrakan.
Senyawa alelopati hasil ekstrak tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
lain atau tanaman budidaya. Pengendalian gulma yang ramah lingkungan atau yang
berwawasan lingkungan merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk
menekan kerugian yang diakibatkan oleh gulma. Upaya tersebut dapat dilakukan
dengan menggali potensi senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan (alelokimia)
yang dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida. Menurut Rahayu (2003) dalam
pertanian, mekanisme alelopati diterapkan terutama untuk mengendalikan gulma
dengan mengisolasi alelokimia yang digunakan sebagai bahan aktif bioherbisida
(Izah, 2009).
BAHAN DAN METODE
Tempat
dan Waktu Percobaan
Percobaan
ini dilakukan di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada hari senin 28 Maret
2015 Pukul 10.00 WIB s/d selesai dengan ketinggian tempat + 25 meter
diatas permukaan laut.
Bahan
dan Alat
Adapun
bahan yang digunakan rhizome alang – alang, atau teki atau daun akasia yang
telah dicuci bersih sebagai bahan cairan alelopati. Benih kedelai dan benih
jagung digunakan sebagai objek penelitian, pasir yang telah di gongseng dan
diayak sebagai media tanam, air untuk menyiram tanaman pada perlakuan control.
Adapun
alat yang digunakan yaitu blender sebagai alat penghalus rhizome alang – alang,
teki dan daun akasia, cup plastic sebagai wadah media tanam, timbangan sebagai
alat untuk menimbang, botol aqua sebagai wadah untuk cairan alelopati, pisau
sebagai alat untuk membersihkan umbi rhizome, jarum suntik sebagai alat untuk
mengambil cairan alelopati dari botol akua, buku data sebagai tempat menulis
data, alat tulis sebagai alat untuk menulis data, dan buku penuntun sebagai
pedoman praktikum.
Prosedur
Percobaan
1. Disediakan100
gr rhizome alang – alang, atau teki atau daun akasia yang telah dicuci bersih.
Lalu, dipotong – potong untuk memudahkan penghancuran.
2. Diblender
rhizome alang – alang tersebut dengan terlebih dahulu ditambahkan air dengan
perbandingan 1 : 1 (larutan A); 1 : 2 (Larutan B) ; 1 : 3 (Larutan C) ;.
Dilakukan hal yang sama untuk umbi teki dan daun akasia.
3. Diambil
cup plastic sebanyak 12 buah
4.
Direndam benih jagung sebelum di
kecambahkan dengan benlate selama 30 menit
5.
Diambil 5 butir benih diletakkan diatas pasir
steril dalam cup plastik
6.
Disiram sebanyak 3 cup plastik dengan
air biasa, 3 dengan larutan A, 3 dengan
larutan B, dan 3 dengan larutan C.
7.
Dihitung presentase kecambah untuk
masing – masing perlakuan konsentrasi dengan menggunakan rumus :
Jumlah benih yang berkecambah x
100%
Jumlah benih yang dikecambahkan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Komoditi
: Jagung (Zea mays L.)
Presentase Perkecambahan
PERLAKUAN
|
JUMLAH BENIH BERKECAMBAH
|
PRESENTASE PERKECAMBAHAN
|
Kontrol
|
5
|
100%
|
A1K1
|
4
|
80%
|
A1K2
|
3
|
60%
|
A1K3
|
3
|
60%
|
A1K4
|
4
|
80%
|
A2K1
|
3
|
60%
|
A2K2
|
2
|
40%
|
A2K3
|
2
|
40%
|
A2K4
|
3
|
60%
|
A3K1
|
3
|
60%
|
A3K2
|
2
|
40%
|
A3K3
|
5
|
100%
|
A3K4
|
3
|
60%
|
Panjang
Akar (cm) Volume
Akar (cm3)
PERLAKUAN
|
PANJANG AKAR
|
PERLAKUAN
|
VOLUME AKAR
|
Kontrol
|
5,6
|
Kontrol
|
0,68
|
A1K1
|
4,3
|
A1K1
|
0,56
|
A1K2
|
4,5
|
A1K2
|
0,55
|
A1K3
|
5,5
|
A1K3
|
0,49
|
A1K4
|
3,2
|
A1K4
|
0,44
|
A2K1
|
3,6
|
A2K1
|
0,34
|
A2K2
|
4,6
|
A2K2
|
0,48
|
A2K3
|
5,1
|
A2K3
|
0,44
|
A2K4
|
3,2
|
A2K4
|
0,54
|
A3K1
|
4,5
|
A3K1
|
0,56
|
A3K2
|
3,9
|
A3K2
|
0,66
|
A3K3
|
4,0
|
A3K3
|
0,43
|
A3K4
|
3,7
|
A3K4
|
0,33
|
Parameter: Tinggi Tanaman (cm) Komoditi:
Jagung
Waktu Pengamatan (HST)
|
PERLAKUAN
|
Kontrol
|
A1K1
|
A1K2
|
A1K3
|
A1K4
|
A2K1
|
A2K2
|
A2K3
|
A2K4
|
A3K1
|
A3K2
|
A3K3
|
A3K4
|
7 HST
|
20,5
|
15,5
|
9,3
|
8,7
|
7,5
|
13,4
|
12,9
|
10,4
|
8,4
|
17,3
|
16,7
|
14,8
|
13,4
|
8 HST
|
25,3
|
17,6
|
10,0
|
9,6
|
8,5
|
14,9
|
13,6
|
11,4
|
10,2
|
17,9
|
17,3
|
15,0
|
14,2
|
9 HST
|
29,3
|
18,9
|
11,2
|
10,2
|
9,5
|
15,6
|
14,5
|
12,5
|
10,6
|
18,3
|
18,7
|
15,6
|
15,8
|
10 HST
|
32,5
|
19,3
|
12,5
|
10,9
|
10,2
|
16,7
|
15,6
|
13,5
|
11,4
|
19,6
|
19,0
|
16,9
|
16,9
|
11 HST
|
36,8
|
19,8
|
13,7
|
11,5
|
11,6
|
17,4
|
16,8
|
14,4
|
12,2
|
20,3
|
20,5
|
17,4
|
17,8
|
12 HST
|
38,5
|
20,5
|
14,3
|
12,9
|
12,9
|
18,7
|
17,5
|
15,8
|
13,8
|
21,6
|
21,3
|
18,8
|
18,5
|
13 HST
|
42,6
|
21,3
|
15,0
|
13,4
|
13,4
|
19,6
|
18,4
|
16,2
|
14,6
|
22,4
|
22,7
|
19,0
|
19,4
|
14 HST
|
46,9
|
22,5
|
16,5
|
14,9
|
0
|
20,2
|
19,2
|
17,9
|
15,9
|
23,7
|
23,4
|
19,8
|
20,0
|
15 HST
|
50,5
|
23,2
|
17,4
|
0
|
0
|
21,4
|
20,4
|
18,3
|
0
|
24,8
|
24,8
|
20,8
|
21,4
|
16 HST
|
55,6
|
24,0
|
0
|
0
|
0
|
22,5
|
21,9
|
0
|
0
|
25,1
|
25,2
|
21,5
|
0
|
17 HST
|
58,7
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
26,5
|
0
|
0
|
0
|
18 HST
|
60,2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Parameter:
Jumlah Daun (Helai)
Waktu Pengamatan (HST)
|
PERLAKUAN
|
Kontrol
|
A1K1
|
A1K2
|
A1K3
|
A1K4
|
A2K1
|
A2K2
|
A2K3
|
A2K4
|
A3K1
|
A3K2
|
A3K3
|
A3K4
|
7 HST
|
1,8
|
2,0
|
2,0
|
1,8
|
1,6
|
2,0
|
1,8
|
1,6
|
1,6
|
1,6
|
1,4
|
1,4
|
1,4
|
8 HST
|
1,8
|
2,0
|
1,8
|
1,8
|
1,6
|
2,0
|
1,8
|
1,6
|
1,6
|
1,6
|
1,4
|
1,4
|
1,4
|
9 HST
|
1,8
|
1,8
|
1,8
|
1,6
|
1,6
|
1,8
|
1,8
|
1,6
|
1,4
|
1,6
|
1,4
|
1,4
|
1,2
|
10 HST
|
1,8
|
1,8
|
1,8
|
1,6
|
1,4
|
1,8
|
1,6
|
1,2
|
1,4
|
1,4
|
1,4
|
1,2
|
1,2
|
11 HST
|
1,8
|
1,8
|
1,4
|
1,6
|
1,4
|
1,6
|
1,6
|
1,2
|
1,4
|
1,4
|
1,2
|
0,6
|
1,2
|
12 HST
|
1,8
|
1,6
|
1,4
|
1,6
|
0,4
|
1,6
|
1,4
|
1,2
|
1,2
|
1,2
|
1,2
|
0,6
|
1,2
|
13 HST
|
2,0
|
1,6
|
1,4
|
0,4
|
0,4
|
1,4
|
0,4
|
0,6
|
0,6
|
1,2
|
1,2
|
0,6
|
0,6
|
14 HST
|
2,0
|
1,4
|
0,6
|
0,4
|
0
|
1,4
|
0,4
|
0,4
|
0,6
|
1,2
|
0,6
|
0,4
|
0,6
|
15 HST
|
2,0
|
0,6
|
0,6
|
0
|
0
|
0,6
|
0,4
|
0,2
|
0
|
1,2
|
0,4
|
0,4
|
0,4
|
16 HST
|
2,2
|
0,4
|
0
|
0
|
0
|
0,6
|
0,2
|
0
|
0
|
0,6
|
0,4
|
0,4
|
0
|
17 HST
|
2,2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0,4
|
0
|
0
|
0
|
18 HST
|
2,2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan diketahui bahwa untuk parameter presentase perkecambahan yang
tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol, A3K3, A1K4, A1K1 yakni 100% dan 80%
hal ini disebabkan karena benih jagung yang bagus didukung oleh tidak adanya
masa dormansi pada biji, dan presentase perkecambahan yang terendah adalah pada
perlakuan A2K2, A2K3, A3K2 yakni 40%, hal ini disebabkan oleh mutu benih jagung
yang kurang baik dari awal. Dalam pengaplikasian juga ekstrak dari senyawa
alelopati dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi tanaman budidaya. Hal ini
sesuai dengan literatur Izah (2009) yang menyatakan bahwa Senyawa alelopati
hasil ekstrak tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman lain atau tanaman
budidaya.
Dari praktikum yang telah dilakukan
panjang akar yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol yakni 5,6 cm. Hal
ini disebabkan oleh karena tidak adanya perlakuan pemberian alelopati, sehingga
pertumbuhan tanaman jagung tidak terhambat. Sedangkan untuk yang terendah
adalah pada perlakuan A1K4 dan A2K4 yakni 3,2 cm, hal ini disebabkan oleh
perlakuan alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman termasuk panjang
akar, daun, diameter, bobot basah, dan perkecambahan. Hal ini sesuai dengan
literatur Kristanto (2006) yang menyatakan bahwa ukuran organ berbagai tanaman
legum dan graminae menjadi lebih kecil, proses perkecambahan terhambat dan
proses penimbunan bahan kering menjadi terhambat sehingga produksi bahan kering
rendah. Ukuran organ daun yang lebih kecil dan tanaman lebih kerdil,
terhambatnya laju dan menurunnya prosentase perkecambahan, penurunan laju
fotosintesis dan laju pertumbuhan relatif akibat alelopati mencerminkan
terjadinya perubahan karakter morfologi, biokimiawi,.dan fisiologi tanaman.
Volume akar yang tertinggi terdapat
pada perlakuan Kontrol yakni 0,68
cm3, hal ini disebabkan oleh tidak adanya perlakuan alelopati dan
hanya disiram dengan air yang memang dibuthkan tanaman, sedangkan untuk volume
akar terendah adalah pada perlakuan A3K4
yakni 0,33 cm3, hal ini disebabkan karena adanya perlakuan alelopati
pada perlakuan tersebut yang menghambat pertumbuhan akar tanaman. Hal ini
sesuai dengan literatur Izah (2009) yang menyatakan bahwa Senyawa yang
dikeluarkan dari bagian tersebut adalah golongan fenol. Dengan senyawa tersebut
alang-alang mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan
tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
Dari parameter tinggi tanaman yang
tertinggi adalah pada perlakuan control yakni 20,5 cm pada 7 HST dan 60,2 pada
18 HST dan yang terendah adalah pada perlakuan A1K4 yakni 7,5 cm pada 7HST dan
13,4 pada 13 HST, hal ini membuktikan bahwa alelopati bersifat alelokimia
sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur
Kristanto (2006) yang menyatakan bahwa alelopati teki dan juga alang-alang
menyebabkan ukuran organ berbagai tanaman legum dan graminae menjadi lebih
kecil, proses perkecambahan terhambat dan proses penimbunan bahan kering
menjadi terhambat sehingga produksi bahan kering rendah. Ukuran organ daun yang
lebih kecil dan tanaman lebih kerdil, terhambatnya laju dan menurunnya
prosentase perkecambahan, penurunan laju fotosintesis dan laju pertumbuhan
relatif akibat alelopati mencerminkan terjadinya perubahan karakter morfologi,
biokimiawi,.dan fisiologi tanaman.
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa untuk parameter jumlah daun yang tertinggi
terdapat pada perlakuan kontrol yakni 2 dan yang terendah adalah pada perlakuan
A3K2, A3K3 dan A3K4 yakni 1 hal ini
dikarenakan alelopati menghambat pertumbuhan tanaman dan bersifat toksik. Hal
ini sesuai dengan literaturRahmani (2012) yang menyatakan bahwa Allelopathy Acacia
mangium Wild memberikan pengaruh terhadap perkecambahan benih jagung
(Zea mays), dimana pengaruh yang diberikan berupa hambatan pada
perkecambahan pada kedua jenis benih ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.
Untuk
parameter presentase perkecambahan yang tertinggi terdapat pada perlakuan
Kontrol, A3K3, A1K4, A1K1 yakni 100% dan 80% presentase
perkecambahan yang terendah adalah pada perlakuan A2K2, A2K3, A3K2 yakni 40%.
2.
Panjang
akar yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol yakni 5,6 cm. Dan yang terendah
pada
perlakuan A1K4 dan A2K4 yakni 3,2 cm.
3.
Volume akar yang tertinggi terdapat pada
perlakuan Kontrol yakni 0,68 cm3. Sedangkan untuk volume akar terendah
adalah pada perlakuan A3K4 yakni 0,33 cm3.
4.
Dari parameter tinggi tanaman yang
tertinggi adalah pada perlakuan control yakni 20,5 cm pada 7 HST dan 60,2 pada
18 HST dan yang terendah adalah pada perlakuan A1K4 yakni 7,5 cm pada 7HST dan
13,4 pada 13 HST.
5. jumlah
daun yang tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol yakni 2 helai dan yang terendah adalah pada
perlakuan A3K2, A3K3 dan A3K4 yakni 1 helai.
Saran
Sebaiknya
dalam pelaksanaan praktikum alelopati praktikan lebih teliti dan rajin dalam
pengakplikasian ekstrak alelopati dari tanaman yang telah di tentukan agar
mendapatkan kesimpulan hasil yang lebih akurat.
Chairunnisa. 2014. Pengaruh Ekstrak Alelopati
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum
annum L.). Fakultas Ilmu Sains
Universitas Islam Negeri Riau. Skripsi. Pekanbaru.
Djazuli,
M. 2011. Alelopati pada Beberapa Tanaman Perkebunan dan Teknik Pengendalian serta Prospek Pemanfaatannya. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor.
Djazuli,
M. dan H. Maslahah. 2012. Studi alelopati pada tanaman nilam. Laporan Penelitian, Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat TA, Bogor.
Fatmawati, S. 2012. Alelopati Pada Tanaman Pangan.
Artikel Pertanian. Protobont. Bogor.
Fujii,
Y., M. Furukawa, Y. Hayakawa, K. Sugawara and T. Shibuya. 1991. Survey of Japanese medicinal plants for the
detection of allelopathic properties. Weed
Res, Japan.
Izah, L. 2009. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma
Terhadap Perecambahan Biji jagung (Zea
mays L.). Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim. Malang.
Kristanto, B.A. 2006. Perubahan Karakter Tanaman
Jagung (Zea mays L.) Akibat Alelopati
dan Persaingan Teki. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.
MIG Corp. 2010.
Jagung (Zea mays L.). Balai
Penelitian Pertanian. Jakarta Selatan.
Modul Pertanian.
2009. Budidaya Jagung (Zea mays L.). Buletin Pertanian. Diakses pada
tanggal 4 April 2014.
Moenandir,
J. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya
dengan Gulma. Rajawali Press.
Jakarta.
Najiyati,S.,
Danarti. 1992. Palawija Budidaya dan Analisis Usahatani. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Pinem, K., R. Racmat. K.. Sinta. 2009. Kajian Waktu Tanam Pada
Tanaman Kedelai dan Jagung dengan Sistem Tumpang Sari. Universitas Andalas.
Padang.
Rahmani,
R. 2012. Pengaruh Alelopati Akasia (Acacia
manginum Wild) terhadap Perkecambahan Biji Jagung (Zea mays L.)
Rubatzky, V. E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran
Dunia 1. ITB Press, Bandung.
Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu: Budidaya dan Pasca Panen.
Yogyakarta, Kanisius.
Subekti, N. A., Syafruddin,
Efendi, R. Sunarti, S. 2009. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung.
Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2007. Morfologi tumbuhan. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Universitas Negeri Semarang. 2011. Alelopati.
Diakses pada tanggal 24 Maret 2015.
Universitas Sumatera
Utara. 2008. Tanaman Jagung. Repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 2 April
2014.
Universitas Sriwijaya.
2010. Tanaman jagung. Repository.ac.id. Diakses pada tanggal 2 Mei 2014.
Wirawan, B., Wahyuni, S.
2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yulifrianti,
E., R. Linda., I. Lovandi. 2015. Potensi Alelopati Ekstrak Serasah Daun Mangga
(Mangifera indica (L.)) Terhadap Pertumbuhan Gulma Rumput Grinting (Cynodon
dactylon (L.)) Press. Universitas Tanjung Pura. Pontianak.