Senin, 02 Mei 2016

PENGARUH BERBAGAI SUMBER ALELOPATI TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)



PENGARUH BERBAGAI SUMBER ALELOPATI TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)





 
LAPORAN

Oleh :

ARDINA
130301074
AGROEKOTEKNOLOGI IIA
KELOMPOK II1






L
ABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015



PENGARUH BERBAGAI SUMBER ALELOPATI TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG

 
LAPORAN

Oleh :

ARDINA
130301074
AGROEKOTEKNOLOGI II-A
KELOMPOK III


Laporan  Sebagai    Salah    Satu   Syarat  Untuk  Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di Laboratorium Ekologi  Tanaman Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan.



Diketahui Oleh
Dosen Penanggung Jawab



(Nini Rahmawati, S.P., M.Si)
                                                         
NIP. 197202152001122002




      LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015

PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Jagung memiliki adaptasi pertumbuhan yang luas sehingga memungkinkannya ditanam secara ektensif di banyak daerah di dunia. Jagung adalah tanaman purba, sebagaimana ditunjukkan dari sisaan kelobot yang terunut sampai sekitar 5000 SM, yang ditemukan di penggalian sejarah gua Tehuacan, Meksiko. Domestikasi tanaman ini diperkirakan telah dimulai pada kurun waktu tersebut (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Faktor lingkungan tumbuh baik biotik maupun abiotik sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Lingkungan abiotik yang paling dominan berpengaruh adalah lingkungan agroklimatik dan kesuburan lahan. Kesuburan lahan terdiri dari berbagai unsur yang dapat memperbaiki pertumbuhan seperti unsur hara dan mikroba tanah dan unsur atau senyawa yang dapat merusak pertumbuhan tanaman terutama zat yang bersifat toksik di dalam tanah. Salah satu unsur atau senyawa yang bersifat toksik bagi tanaman adalah senyawa alelopati (Djazuli, 2011).
            Senyawa alelopati yang pertama ditemukan pada tahun 1928 oleh Davis pada larutan hasil “leaching” serasah kering Black Walnut (Kenari hitam) mampu menekan de perkecambahan dan pertumbuhan benih tanaman yang ada di bawah pohon kenari hitam tersebut. Sebelumnya dinyatakan pula bahwa eksudat tanaman bisa menyebabkan terjadinya tanah yang marginal akibat adanya ekskresi atau eksudasi akar tanaman sebelumnya (Djazuli dan Maslahah, 2012).
Alelopati adalah interaksi biokimia antara mikroorganisme  ataupun tanaman baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Beberapa gulma yang telah terbukti bersifat alelopati adalah Ageratum conyziodes L., Cyperus rotundus, Cyperus esculentus, Cynodon dactylon, dan Imperata cylindrical. Gulma – gulma tersebut diketahui sangat kompetitif terhadap tanaman dan mengakibatkan penurunan produksi (Moenandir, 1993).
            Alelopati merupakan suatu golongan senyawa kimia yang terdapat dalam suatu tumbuhan yang bersifat menekan pertumbuhan tumbuhan lain yang berada disekelilingnya. Alelopati dapat menimbulkan berbagai keadaan atau kondisi yang dapat menghalangi pertumbuhan tumbuhan lainnya. Sebagai contoh adalah senyawa fenolik yang bersifat mendorong terjadinya ketidak-aktifan hormon pertumbuhan. Disamping itu perubahan senyawa monofenol menjadi polifenol juga akan mengganggu keseimbangan hormon sehingga terciptanya kondisi yang dapat menekan pertumbuhan (Rahmani, 2012).
            Amensalisme adalah interaksi yang menekan satu organisme, sedangkan yang lain tetap stabil. Amensalisme juga disebut sebagai suatu interaksi bersifat negatif, di-mana salah satu anggotanya terhambat oleh adanya alelopati yang dilepaskan dan yang lain tidak terpengaruh. Salah satu contoh amensalisme adalah interaksi alelokemis, yaitu penghambatan satu organisme oleh organisme lain melalui pele-pasan produk metabolit ke lingkungan. Interaksi alelokemis yang hanya melibat-kan tumbuhan saja disebut alelopati. Senyawa-senyawa kimia yang mempu-nyai potensi alelopati dapat ditemukan di semua organ tumbuhan termasuk daun, batang, akar rizoma, bunga, buah dan biji (Universitas Negeri Semarang, 2011).
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui dan memahami efek pemberian alelopati terhadap tanaman Jagung (Zea mays L.)
Kegunaan Penulisan
            Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,Medan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Menurut Purwono dan Hartono (2004), jagung diklasifikasikan dalam kingdom:Plantae,Divisi:Spermatophyta,Subdivisio:Angiospermae,Kelas:Monocotyledonae,Ordo Graminae,Famili Graminaceae,Genus  Zea,Spesies : Zea mays L.
Sistem perakaran jagung terdiri atas akar primer, akar lateral, akar horizontal, dan akar udara. Akar primer adalah akar yang pertama kali muncul pada saat biji berkecambah dan tumbuh kebawah. Akar lateral adalah akar yang tumbuh memanjang kesamping. Akar udara adalah akar yang tumbuh dari bulu-bulu diatas permukaan tanah (Najiyati dan Danarti, 1992).
Tanaman jagung mempunyai batang yang tidak bercabang, berbentuk silindris, dan terdiri atas sejumlah ruas dan buku ruas. Pada buku ruas terdapat tunas yang berkembang menjadi tongkol. Dua tunas teratas berkembang menjadi tongkol yang produktif. Batang memiliki tiga komponen jaringan utama, yaitu kulit (epidermis), jaringan pembuluh (bundles vaskuler), dan pusat batang (pith). Bundles vaskuler tertata dalam lingkaran konsentris dengan kepadatan bundles yang tinggi, dan lingkaranlingkaran menuju perikarp dekat epidermis. Kepadatan bundles berkurang begitu mendekati pusat batang. Konsentrasi bundles vaskuler yang tinggi di bawah epidermis menyebabkan batang tahan rebah. Genotipe jagung yang mepunyai batang kuat memiliki lebih banyak lapisan jaringan sklerenkim berdinding tebal di bawah epidermis batang dan sekeliling bundles vaskuler (Subekti et al, 2009).
Daun jagung tumbuh disetiap ruas batang. Daun ini berbentuk pipa, mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150 cm, serta didukung oleh pelepah daun yang menyelubungi batang. Daun mempunyai dua jenis bunga yang berumah satu. Daun nya termasuk daun sempurna dan disemlimuti oleh bulu-bulu halus sehingga apabila tergesek akan terdengar suara gesekan                      (Najiyati dan Danarti, 1992).
Bunga jantan terletak dipucuk yang ditandai dengan adanya rambut atau tassel dan bunga betina terletak di ketiak daun dan akan mengeluarkan stil dan stigma (Idris, Zainal, Mohammad, Lassim, Norman dan Hashim, 1982). Bunga jagung tergolong bunga tidak lengkap karena struktur bunganya tidak mempunyai petal dan sepal dimana organ bunga jantan (staminate) dan organ bunga betina (pestilate) tidak terdapat dalam satu bunga disebut berumah satu           (Universitas Sumatera Utara, 2008).
            Buah jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji            (Rukmana, 1997).
            Tanaman ini memiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut karyopsis. Buah ini gepeng dengan permukaan atas cembung atau cekung dan dasar runcing. Buah ini terdiri dari endosperma yang mengelilingi embrio, lapisan              aleuron dan  jaringan   perikarp   (kulit)   yang   merupakan   lapisan  pembungkus      
(Tjitrosoepomo, 2001).    
Syarat Tumbuh
Iklim
            Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerahdaerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.  Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim kemarau (MIG Corp, 2010).
            Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari, tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230 C - 300 C. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah khusus, namun tanah yang gembur, subur dan kaya humus akan berproduksi optimal. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %. Daerah dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan teras dahulu. Ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara 50-600 m dpl (Modul Pertanian, 2009).
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.   Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34O C, akan tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 23-27O C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30O C. Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil (MIG Corp, 2010).
Tanah
            Jagung dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah mulai tanah dengan tekstur berpasir hinggga tanah liat berat. Namun tanaman jagung akan tumbuh baik pada tanah yang gembur dan kaya akan humus dengan tingkat derajat keasaman (pH) tanah antara 5,5-7,5, dengan kedalaman air 50-200 cm dari permukaan tanah dan kedalaman permukaan perakaran (kedalaman efektif tanah) mencapai 20-60 cm dari permukaan tanah, pada tanah yang berat, perlu dibuat drainase, karena tanaman jagung tidak tahan terhadap genangan air       (Universitas Sriwijaya, 2010).
            Jagung menghendaki struktur tanah yang gembur dan berdrainase baik. Oleh karenanya, lahan yang akan ditanami perlu dibajak kemudian digaru 2b kali sedalam  15-20 cm dan diratakan. Pada tanah dengan struktur ringan (porus), seperti tanah alfisol, regosol, etisol, dan oxisol, dapat dilakukan pengolahan tanah minimum (minimum tillage), yakni mengolah tanah sepanjang baris tanaman (Wirawan dan Wahyuni, 2002).
            Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun (Pinem et al, 2008).
Alelopati
Alelopati adalah interaksi biokimia antara mikroorganisme  ataupun tanaman baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Beberapa gulma yang telah terbukti bersifat alelopati adalah Ageratum conyziodes L., Cyperus rotundus, Cyperus esculentus, Cynodon dactylon, dan Imperata cylindrical. Gulma – gulma tersebut diketahui sangat kompetitif terhadap tanaman dan mengakibatkan penurunan produksi (Chairunnisa, 2014).
            Alelopati memainkan peranan penting di dalam agroekosistem yang menentukan ketentuan secara meluas atas interaksi antara tanaman budidaya – tanaman budidaya, tanaman budidaya – gulma dan antara ketiganya – tanaman budidaya. Pada umumnya interaksi ini berbahaya bagi tanaman penerima tetapi memberikan keuntungan khusus bagi tanaman pemberi. Mikroba di dalam tanah mempunyai fungsi utama di dalam menjalankan interaksi dimana mereka tidak saja dalam interaksi alelopatik secara natural saja namun juga meliputi senyawa alelopatik yang merupakan hasil modifikasi (Rahmani, 2012).
Alelopati  adalah  interaksi  biokimia  antara mikroorganisme atau tanaman baik yang bersifat positif   maupun   negatif   (Molisch,1937   dalam  Putnam dan Duke, 1978). Warnell (2002) mendefinisikan alelopati sebagai suatu kadungan bahan kimia yang bersifat aktif maupun pasif yang dibebaskan ke lingkungannya sehingga mempengaruhi organisme lainnya. Senyawa alelopati kebanyakan dikandung pada jaringan tanaman, seperti akar, ubi, rhizome, batang, daun, bunga, buah dan biji yang dikeluarkan tanaman melalui cara penguapan, eksudasi akar, hasil lindihan dan pelapukan sisa-sisa tanaman (Moenandir, 1988) yang mampu mengganggu pertumbuhan tanaman lain di sekitarnya. Beberapa senyawa yang diidentifikasi sebagai alelopati  adalah flavanoid, tanin, asam fenolat, asam ferulat, kumarin, terpenoid, stereoid, sianohidrin, quinon, asam sinamik dan derivatnya (Fatmawati, 2012).
Alelopati merupakan pelepasan senyawa bersifat toksik yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman disekitarnya dan senyawa yang bersifat alelopati disebut alelokimia. Alelopati sebagai pengaruh langsung maupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap tumbuhan lainnya, baik yang bersifat positif maupun negatif melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungannnya (Chairunnisa, 2014).
Konsentrasi ekstrak 35% merupakan konsentrasi terendah yang mampu menghambat perkecambahan gulma yang ditunjukkan dengan menurunnya rerata panjang kecambah menjadi 1,29 cm (Tabel 1). Senyawa alelopati yang terdapat di dalam ekstrak serasah daun mangga dapat menurunkan panjang kecambah rumput grinting.  Semakin terhambatnya perkecambahan pada konsentrasi tertentu menunjukkan besarnya kemampuan ekstrak serasah daun mangga dalam menghambat perkecambahan gulma (Yulifrianti et al., 2015).
Kandungan Alelopati
            Alelopati sebagai suatu kadungan bahan kimia yang bersifat aktif maupun pasif yang dibebaskan ke lingkungannya sehingga mempengaruhi organisme lainnya. Senyawa alelopati kebanyakan dikandung pada jaringan tanaman, seperti akar, ubi, rhizome, batang, daun, bunga, buah dan biji yang dikeluarkan tanaman melalui cara penguapan, eksudasi akar, hasil lindihan dan pelapukan sisa-sisa tanaman (Moenandir, 1988).
Penyusun senyawa alelopati terdiri atas senyawa terpenoid yang terbagi dalam beberapa kelompok seperti 1,8-cineole, camphor, α-pinen, β-pinen, champene dan tujon. Selain itu terdapat juga senyawa alelopati yang larut dalam air seperti o-asam koumarik, p-OH asam benzoad yang terdiri atas asam vanilik dan asam ferulik (Djazuli, 2011).
Beberapa senyawa yang diidentifikasi sebagai alelopati  adalah flavanoid, tanin, asam fenolat, asam ferulat, kumarin, terpenoid, stereoid, sianohidrin, quinon, asam sinamik dan derivatnya (Fujii et al., 1991).
Bentuk aksi senyawa alelopati sangat bervariasi dan besarnya belum semuanya diketahui. Sangat sedikit jenis tanaman yang diketahui sebagai penghasil alelopati. Untuk bisa mengetahui tumbuhan yang berpeluang mengandung senyawa alelopati diseebutkan adalah tumbuhan yang mengisi pertama kali kehidupan suksesi, jenis eksotis dan introduksi pada suatu lahan dapat berpeluang menjadi senyawa alelopati. Senyawa lain yang berperan sebagai alelopati adalah Kelompok fenol yang berperan dalam penghambatan perkecambahan kelompok rumput-rumputan dan herba (Moenandir, 1988).
Hasil penelitian lainnya telah dilaporkan bahwa senyawa alelopati juga dapat merusak dan menghambat pertumbuhan tanaman penghasil senyawa alelopati itu sendiri yang disebut dengan autotoksik (Hasanuzzaman, 1995).
            Saat ini kebutuhan dan penggunaan herbisida kimia sintetis untuk tanaman perkebunan sangat tinggi. Dalam rangka mendukung gerakan pertanian organik di Indonesia, diperlukan pestisida organik khususnya herbisida organik yang efektif untuk menekan pertumbuhan gulma terutama pada tanaman perkebunan
(Djazuli, 2011).
Selain pengaruh negatif bagi pertumbuhan tanaman lain dan dirinya sendiri, senyawa alelopati ternyata mempunyai potensi yang sangat baik untuk bahan baku herbisida organik. Sebagai contoh, eksudat rhizome alang-alang sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan gulma daun lebar, sedangkan ekstrak akar jagung dapat digunakan untuk menghambat gulma melalui peningkatan aktivitas enzim katalase dan peroksidase. Namun demikian, penggunaan ekstrak rhizome alang-alang perlu dibatasi mengingat ekstrak alang-alang tersebut juga dapat menghambat pertumbuhan ubi kayu dan ketimun (Hasanuzzaman, 1995).
Pengaruh Alelopati Terhadap Perkecambahan Jagung (Zea mays L.)
Ada berbagai faktor penghambat yang dapat mengganggu proses perkecambahan jagung, salah satunya adalah pengaruh alelopaty yang dikeluarkan oleh tumbuhan disekitarnya yang dapat menghambat bahkan mematikan fase perkecambahan. Penelitian Febian Tetelay (2003) tentang pengaruh Allelopathy dari Acacia mangium Wild terhadap perkembangan binih kacang hijau (phasealus radiatus L) dan benih jagung (Zea mays) yang dilaksanakan selama 1 bulan yaitu dari bulan Januari sampai bulan Februari 2003 dengan lokasi penelitian Hutan Pendidikan Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura Ambon. Menghasilkan kesimpulan bahwa Allelopathy Acacia mangium Wild memberikan pengaruh terhadap perkecambahan benih jagung (Zea mays), dimana pengaruh yang diberikan berupa hambatan pada perkecambahan pada kedua jenis benih ini (Rahmani, 2012).
Alang-alang (Imperata cylindrica L.) yang masih hidup mengeluarkan senyawa alelopati lewat organ dibawah tanah, jika 24 sudah mati baik organ yang berada di atas tanah maupun yang di bawah tanah sama-sama dapat melepaskan senyawa alelopati. Alang-alang (Imperata cylindrica L.) menyaingi tanaman lain dengan mengeluarkan senyawa beracun dari akarnya dan dari pembusukan bagian vegetatifnya. Senyawa yang dikeluarkan dari bagian tersebut adalah golongan fenol. Dengan senyawa tersebut alang-alang mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun (Izah, 2009).
Perkecambahan biji merupakan fase kritis pada pertumbuhan tanaman jagung, Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya, Jagung menghendaki beberapa persyaratan salah satunya adalah perkecambahan biji yang baik dimana tidak ada faktor penghambat yang mempengaruhi dalam berlangsungnya fase perkecambahan (Rahmani, 2012).
Gangguan gulma teki dapat menurunkan produksi dari berbagai tanaman, seperti jagung (41%), bawang (89%), okra (62%), wortel (50%), kacang hijau (41%), ketimun (48%), kobis (35%), tomat (38%), padi (38%) dan kapas (34%) (Rice, 1984). Penurunan produksi tersebut akibat terjadi perubahan-perubahan karakter morfologi, biokimiawi dan fisiologi. Kristanto et al. (2003) melaporkan bahwa alelopati teki dan juga alang-alang menyebabkan ukuran organ berbagai tanaman legum dan graminae menjadi lebih kecil, proses perkecambahan terhambat dan proses penimbunan bahan kering menjadi terhambat sehingga produksi bahan kering rendah. Ukuran organ daun yang lebih kecil dan tanaman lebih kerdil, terhambatnya laju dan menurunnya prosentase perkecambahan, penurunan laju fotosintesis dan laju pertumbuhan relatif akibat alelopati mencerminkan terjadinya perubahan karakter morfologi, biokimiawi,.dan fisiologi tanaman (Kristanto, 2006).
Untuk mendapatkan senyawa alelopati yang terdapat pada beberapa gulma dilakukan metode khusus berupa pengekstrakan. Senyawa alelopati hasil ekstrak tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman lain atau tanaman budidaya. Pengendalian gulma yang ramah lingkungan atau yang berwawasan lingkungan merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk menekan kerugian yang diakibatkan oleh gulma. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan menggali potensi senyawa kimia yang berasal dari tumbuhan (alelokimia) yang dapat dimanfaatkan sebagai bioherbisida. Menurut Rahayu (2003) dalam pertanian, mekanisme alelopati diterapkan terutama untuk mengendalikan gulma dengan mengisolasi alelokimia yang digunakan sebagai bahan aktif bioherbisida (Izah, 2009).

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
            Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Ekologi Tanaman Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada hari senin 28 Maret 2015 Pukul 10.00 WIB s/d selesai dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan laut.
Bahan dan Alat
            Adapun bahan yang digunakan rhizome alang – alang, atau teki atau daun akasia yang telah dicuci bersih sebagai bahan cairan alelopati. Benih kedelai dan benih jagung digunakan sebagai objek penelitian, pasir yang telah di gongseng dan diayak sebagai media tanam, air untuk menyiram tanaman pada perlakuan control.
            Adapun alat yang digunakan yaitu blender sebagai alat penghalus rhizome alang – alang, teki dan daun akasia, cup plastic sebagai wadah media tanam, timbangan sebagai alat untuk menimbang, botol aqua sebagai wadah untuk cairan alelopati, pisau sebagai alat untuk membersihkan umbi rhizome, jarum suntik sebagai alat untuk mengambil cairan alelopati dari botol akua, buku data sebagai tempat menulis data, alat tulis sebagai alat untuk menulis data, dan buku penuntun sebagai pedoman praktikum.
Prosedur Percobaan
1.      Disediakan100 gr rhizome alang – alang, atau teki atau daun akasia yang telah dicuci bersih. Lalu, dipotong – potong untuk memudahkan penghancuran.
2.      Diblender rhizome alang – alang tersebut dengan terlebih dahulu ditambahkan air dengan perbandingan 1 : 1 (larutan A); 1 : 2 (Larutan B) ; 1 : 3 (Larutan C) ;. Dilakukan hal yang sama untuk umbi teki dan daun akasia.
3.      Diambil cup plastic sebanyak 12 buah
4.      Direndam benih jagung sebelum di kecambahkan dengan benlate selama 30 menit
5.      Diambil 5 butir benih diletakkan diatas pasir steril dalam cup plastik
6.      Disiram sebanyak 3 cup plastik dengan air biasa, 3 dengan larutan A,  3 dengan larutan B, dan 3 dengan larutan  C.
7.      Dihitung presentase kecambah untuk masing – masing perlakuan konsentrasi dengan menggunakan rumus :
Jumlah benih yang berkecambah x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan.



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Komoditi : Jagung (Zea mays L.)
Presentase Perkecambahan
PERLAKUAN
JUMLAH BENIH BERKECAMBAH
PRESENTASE PERKECAMBAHAN
Kontrol
5
100%
A1K1
4
80%
A1K2
3
60%
A1K3
3
60%
A1K4
4
80%
A2K1
3
60%
A2K2
2
40%
A2K3
2
40%
A2K4
3
60%
A3K1
3
60%
A3K2
2
40%
A3K3
5
100%
A3K4
3
60%

Panjang Akar (cm)                                                               Volume Akar (cm3)
PERLAKUAN
PANJANG AKAR
PERLAKUAN
VOLUME AKAR
Kontrol
5,6
Kontrol
0,68
A1K1
4,3
A1K1
0,56
A1K2
4,5
A1K2
0,55
A1K3
5,5
A1K3
0,49
A1K4
3,2
A1K4
0,44
A2K1
3,6
A2K1
0,34
A2K2
4,6
A2K2
0,48
A2K3
5,1
A2K3
0,44
A2K4
3,2
A2K4
0,54
A3K1
4,5
A3K1
0,56
A3K2
3,9
A3K2
0,66
A3K3
4,0
A3K3
0,43
A3K4
3,7
A3K4
0,33






 
Parameter: Tinggi Tanaman (cm)                                       Komoditi: Jagung
Waktu Pengamatan (HST)
PERLAKUAN
Kontrol
A1K1
A1K2
A1K3
A1K4
A2K1
A2K2
A2K3
A2K4
A3K1
A3K2
A3K3
A3K4
7 HST
20,5
15,5
9,3
8,7
7,5
13,4
12,9
10,4
8,4
17,3
16,7
14,8
13,4
8 HST
25,3
17,6
10,0
9,6
8,5
14,9
13,6
11,4
10,2
17,9
17,3
15,0
14,2
9 HST
29,3
18,9
11,2
10,2
9,5
15,6
14,5
12,5
10,6
18,3
18,7
15,6
15,8
10 HST
32,5
19,3
12,5
10,9
10,2
16,7
15,6
13,5
11,4
19,6
19,0
16,9
16,9
11 HST
36,8
19,8
13,7
11,5
11,6
17,4
16,8
14,4
12,2
20,3
20,5
17,4
17,8
12 HST
38,5
20,5
14,3
12,9
12,9
18,7
17,5
15,8
13,8
21,6
21,3
18,8
18,5
13 HST
42,6
21,3
15,0
13,4
13,4
19,6
18,4
16,2
14,6
22,4
22,7
19,0
19,4
14 HST
46,9
22,5
16,5
14,9
0
20,2
19,2
17,9
15,9
23,7
23,4
19,8
20,0
15 HST
50,5
23,2
17,4
0
0
21,4
20,4
18,3
0
24,8
24,8
20,8
21,4
16 HST
55,6
24,0
0
0
0
22,5
21,9
0
0
25,1
25,2
21,5
0
17 HST
58,7
0
0
0
0
0
0
0
0
26,5
0
0
0
18 HST
60,2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

Parameter: Jumlah Daun (Helai)
Waktu Pengamatan (HST)
PERLAKUAN
Kontrol
A1K1
A1K2
A1K3
A1K4
A2K1
A2K2
A2K3
A2K4
A3K1
A3K2
A3K3
A3K4
7 HST
1,8
2,0
2,0
1,8
1,6
2,0
1,8
1,6
1,6
1,6
1,4
1,4
1,4
8 HST
1,8
2,0
1,8
1,8
1,6
2,0
1,8
1,6
1,6
1,6
1,4
1,4
1,4
9 HST
1,8
1,8
1,8
1,6
1,6
1,8
1,8
1,6
1,4
1,6
1,4
1,4
1,2
10 HST
1,8
1,8
1,8
1,6
1,4
1,8
1,6
1,2
1,4
1,4
1,4
1,2
1,2
11 HST
1,8
1,8
1,4
1,6
1,4
1,6
1,6
1,2
1,4
1,4
1,2
0,6
1,2
12 HST
1,8
1,6
1,4
1,6
0,4
1,6
1,4
1,2
1,2
1,2
1,2
0,6
1,2
13 HST
2,0
1,6
1,4
0,4
0,4
1,4
0,4
0,6
0,6
1,2
1,2
0,6
0,6
14 HST
2,0
1,4
0,6
0,4
0
1,4
0,4
0,4
0,6
1,2
0,6
0,4
0,6
15 HST
2,0
0,6
0,6
0
0
0,6
0,4
0,2
0
1,2
0,4
0,4
0,4
16 HST
2,2
0,4
0
0
0
0,6
0,2
0
0
0,6
0,4
0,4
0
17 HST
2,2
0
0
0
0
0
0
0
0
0,4
0
0
0
18 HST
2,2
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0



Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diketahui bahwa untuk parameter presentase perkecambahan yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol, A3K3, A1K4, A1K1 yakni 100% dan 80% hal ini disebabkan karena benih jagung yang bagus didukung oleh tidak adanya masa dormansi pada biji, dan presentase perkecambahan yang terendah adalah pada perlakuan A2K2, A2K3, A3K2 yakni 40%, hal ini disebabkan oleh mutu benih jagung yang kurang baik dari awal. Dalam pengaplikasian juga ekstrak dari senyawa alelopati dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi tanaman budidaya. Hal ini sesuai dengan literatur Izah (2009) yang menyatakan bahwa Senyawa alelopati hasil ekstrak tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman lain atau tanaman budidaya.
Dari praktikum yang telah dilakukan panjang akar yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol yakni 5,6 cm. Hal ini disebabkan oleh karena tidak adanya perlakuan pemberian alelopati, sehingga pertumbuhan tanaman jagung tidak terhambat. Sedangkan untuk yang terendah adalah pada perlakuan A1K4 dan A2K4 yakni 3,2 cm, hal ini disebabkan oleh perlakuan alelopati yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman termasuk panjang akar, daun, diameter, bobot basah, dan perkecambahan. Hal ini sesuai dengan literatur Kristanto (2006) yang menyatakan bahwa ukuran organ berbagai tanaman legum dan graminae menjadi lebih kecil, proses perkecambahan terhambat dan proses penimbunan bahan kering menjadi terhambat sehingga produksi bahan kering rendah. Ukuran organ daun yang lebih kecil dan tanaman lebih kerdil, terhambatnya laju dan menurunnya prosentase perkecambahan, penurunan laju fotosintesis dan laju pertumbuhan relatif akibat alelopati mencerminkan terjadinya perubahan karakter morfologi, biokimiawi,.dan fisiologi tanaman.
Volume akar yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol yakni        0,68 cm3, hal ini disebabkan oleh tidak adanya perlakuan alelopati dan hanya disiram dengan air yang memang dibuthkan tanaman, sedangkan untuk volume akar terendah adalah pada perlakuan  A3K4 yakni 0,33 cm3, hal ini disebabkan karena adanya perlakuan alelopati pada perlakuan tersebut yang menghambat pertumbuhan akar tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Izah (2009) yang menyatakan bahwa Senyawa yang dikeluarkan dari bagian tersebut adalah golongan fenol. Dengan senyawa tersebut alang-alang mempunyai kemampuan bersaing yang lebih hebat sehingga pertumbuhan tanaman pokok lebih terhambat, dan hasilnya semakin menurun.
Dari parameter tinggi tanaman yang tertinggi adalah pada perlakuan control yakni 20,5 cm pada 7 HST dan 60,2 pada 18 HST dan yang terendah adalah pada perlakuan A1K4 yakni 7,5 cm pada 7HST dan 13,4 pada 13 HST, hal ini membuktikan bahwa alelopati bersifat alelokimia sehingga menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Kristanto (2006) yang menyatakan bahwa alelopati teki dan juga alang-alang menyebabkan ukuran organ berbagai tanaman legum dan graminae menjadi lebih kecil, proses perkecambahan terhambat dan proses penimbunan bahan kering menjadi terhambat sehingga produksi bahan kering rendah. Ukuran organ daun yang lebih kecil dan tanaman lebih kerdil, terhambatnya laju dan menurunnya prosentase perkecambahan, penurunan laju fotosintesis dan laju pertumbuhan relatif akibat alelopati mencerminkan terjadinya perubahan karakter morfologi, biokimiawi,.dan fisiologi tanaman.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa untuk parameter jumlah daun yang tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol yakni 2 dan yang terendah adalah pada perlakuan A3K2, A3K3 dan A3K4 yakni 1  hal ini dikarenakan alelopati menghambat pertumbuhan tanaman dan bersifat toksik. Hal ini sesuai dengan literaturRahmani (2012) yang menyatakan bahwa Allelopathy Acacia mangium Wild memberikan pengaruh terhadap perkecambahan benih jagung (Zea mays), dimana pengaruh yang diberikan berupa hambatan pada perkecambahan pada kedua jenis benih ini.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.      Untuk parameter presentase perkecambahan yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol, A3K3, A1K4, A1K1 yakni 100% dan 80% presentase perkecambahan yang terendah adalah pada perlakuan A2K2, A2K3, A3K2 yakni 40%.
2.      Panjang akar yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol yakni 5,6 cm. Dan  yang terendah pada perlakuan A1K4 dan A2K4 yakni 3,2 cm.
3.      Volume akar yang tertinggi terdapat pada perlakuan Kontrol yakni        0,68 cm3. Sedangkan untuk volume akar terendah adalah pada perlakuan  A3K4 yakni 0,33 cm3.
4.      Dari parameter tinggi tanaman yang tertinggi adalah pada perlakuan control yakni 20,5 cm pada 7 HST dan 60,2 pada 18 HST dan yang terendah adalah pada perlakuan A1K4 yakni 7,5 cm pada 7HST dan 13,4 pada 13 HST.
5.      jumlah daun yang tertinggi terdapat pada perlakuan kontrol yakni 2 helai dan yang terendah adalah pada perlakuan A3K2, A3K3 dan A3K4 yakni 1 helai.
Saran
            Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum alelopati praktikan lebih teliti dan rajin dalam pengakplikasian ekstrak alelopati dari tanaman yang telah di tentukan agar mendapatkan kesimpulan hasil yang lebih akurat.

                                DAFTAR PUSTAKA





Chairunnisa. 2014. Pengaruh Ekstrak Alelopati Terhadap Pertumbuhan Tanaman Cabai (Capsicum annum L.). Fakultas Ilmu Sains Universitas Islam Negeri Riau. Skripsi. Pekanbaru.

Djazuli, M. 2011. Alelopati pada Beberapa Tanaman Perkebunan dan Teknik         Pengendalian   serta Prospek Pemanfaatannya. Balai Penelitian Tanaman   Obat dan Aromatik, Bogor.

Djazuli, M. dan H. Maslahah. 2012. Studi alelopati pada tanaman nilam. Laporan Penelitian,       Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat TA, Bogor.

Fatmawati, S. 2012. Alelopati Pada Tanaman Pangan. Artikel Pertanian. Protobont. Bogor.

Fujii, Y., M. Furukawa, Y. Hayakawa, K. Sugawara and T. Shibuya. 1991. Survey            of Japanese medicinal plants for the detection of allelopathic properties.     Weed Res, Japan.

Hasanuzzaman, M. 1995. Allelopathy. Http://www.hasanuzzaman.weebly.com/all elopathy.pdf. [28 April 2014]

Izah, L. 2009. Pengaruh Ekstrak Beberapa Jenis Gulma Terhadap Perecambahan Biji jagung (Zea mays L.). Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Malang.

Kristanto, B.A. 2006. Perubahan Karakter Tanaman Jagung (Zea mays L.) Akibat Alelopati dan Persaingan Teki. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang.

MIG Corp. 2010. Jagung (Zea mays L.). Balai Penelitian Pertanian. Jakarta Selatan.

Modul Pertanian. 2009. Budidaya Jagung (Zea  mays L.). Buletin Pertanian. Diakses pada tanggal  4 April 2014.

Moenandir, J. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali         Press. Jakarta.

Najiyati,S., Danarti. 1992. Palawija Budidaya dan Analisis Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pinem, K., R. Racmat. K.. Sinta. 2009. Kajian Waktu Tanam Pada Tanaman Kedelai dan Jagung dengan Sistem Tumpang Sari. Universitas Andalas. Padang.

Rahmani, R. 2012. Pengaruh Alelopati Akasia (Acacia manginum Wild) terhadap Perkecambahan Biji Jagung (Zea mays L.)
Rubatzky, V. E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1. ITB Press, Bandung.

Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu: Budidaya dan Pasca Panen. Yogyakarta, Kanisius.

Subekti, N. A., Syafruddin, Efendi, R. Sunarti, S. 2009. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros

Tjitrosoepomo, Gembong. 2007. Morfologi tumbuhan. Gadjah Mada University       
          Press, Yogyakarta.
Universitas Negeri Semarang. 2011. Alelopati. Diakses pada tanggal 24 Maret 2015.

Universitas Sumatera Utara. 2008. Tanaman Jagung. Repository.usu.ac.id. Diakses pada tanggal 2 April 2014.

Universitas Sriwijaya. 2010. Tanaman jagung. Repository.ac.id. Diakses pada tanggal 2 Mei 2014.

Wirawan, B., Wahyuni, S. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yulifrianti, E., R. Linda., I. Lovandi. 2015.  Potensi Alelopati Ekstrak Serasah Daun Mangga (Mangifera indica (L.)) Terhadap Pertumbuhan Gulma Rumput Grinting (Cynodon dactylon (L.)) Press. Universitas Tanjung Pura. Pontianak.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar